Kamis, 07 April 2016

KONSEP DASAP PSIKOLOGI KOGNITIF

A.    Definisi Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang memperlajari proses mental dan perilaku, namun lebih menekankan/ memusatkan pada proses mentalnya. Psikologi kognitif bertujuan mempelajari bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar dan bagaimana informasi tersebut disimpan dan ditransformasi menjadi bentuk pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku kita.
Psikologi kognitif mempelajari proses-proses mental dari sensasi ke persepsi, neurosains, pengenalan pola, perhatian, belajar, memori, pembentukan konsep, berfikir, imajinasi, pengingatan kembali, bahasa, inteligensi, dan proses perkembangan kognitif.

B.    Sejarah Psikologi Kognitif
Fondasi awal dari psikologi kognitif yaitu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan  dari para filsuf yang menanyakan asal muasal pengetahuan dan bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran. Teori-teori kuno umumnya juga membahas letak pikiran dan memori. Studi terhadap aksara hieroglif mesir kuno menunjukkan bahwa para penulisnya meyakini bahwa pengetahuan berada di jantung, sama seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles. Aristoteles pada waktu itu sudah mengajukan hukum belajar dan memori, juga mendiskusikan tentang imageri. Aristoteles juga memperhatikan tentang pengetahuan (knowledge) yang dimiliki manusia yang berasal dari pengalaman dan observasi.
Pada tahun 1879 dengan ditandai berdirinya laboratorium oleh Wilhelm Wundt di Leipziq, Jerman menandai dimulainya ilmu psikologi sebagai salah satu disiplin ilmu baru yang terpisah dari filsafat dan fisiologi. Wundt berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari proses mental dan untuk mempelajari proses mental Wundt menggunakan teknik introspeksi. Introspeksi adalah suatu teknik melakukan pengamatan secara sistematik terhadap sensasi diri sendiri dan melakukan pencatatan secara objektif. Menurut pandangan psikologi kognitif yang sekarang teknik introspeksi dari Wundt ini sedikit agak subjektif.
Pada tahun 1885-1913, Hermann Ebbinghaus menemukan metode dalam mempelajari memori manusia yang menyusun lebih dari 2000 kata tak bermakna dan mencoba kemampuan dirinya dan mecoba untuk mempelajarinya. Dengan menggunakan kata-kata tak bermakna dalam eksperimennya dimaksudkan bahwa tidak ada pengaruh faktor pengalaman sebelumnya.
Sementara itu di Amerika juga dilakukan penelitian yang sama oleh seorang psikolog wanita bernama Mary Whiton Calkins pada tahun 1894. Ia juga merupakan wanita pertama yang menjadi presiden American Psychological Association. Calkins mencatat ada fenomena memori yang disebut recency effect yaitu kemampuan merecal secara akurat item yang terakhir pada suatu seri stimulus.
Pada akhir abad 19, figure lain dalam sejarah perkembangan psikologi kognitif adalah Willian James. James tidak terpengaruh oleh teknik dari Wundt ataupun dari ebbinghaus, ia lebih suka menggali teori-teori psikologi untuk menjawab masalah dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian dia mnerbitkan buku yang berjudul Principels of Psychologypada tahun 1890. Bukunya secara rinci menjelaskan tentang pengalaman manusia sehari-hari dan menekankan bahwa jiwa manusia adalah aktif dan banyak mengandung rasa ingin tahu. Selain itu dijelaskan juga tentang persepsi, atensi, berpikir, dan berbagai macam petunjuk fenomena
Periode Kesuraman Psikologi Kognitif
-       Behaviorisme
Pada abad 20 berkembang luas tentang teori behaviorisme di Amerika. Pandangan behaviorisme mengatakan bahwa psikologi harus berfokus hanya pada hal-hal yang obyektif dan observable. Behaviorisme menekankan pada pengaruh stimulus lingkungan sebagai penentu perilaku. Tokoh terkemuka di awal behaviorisme di Amerika yang terkemuka adalah psikologi John B. Watson. Aliran Behaviorisme menekankan pada perilau-perilaku yang Nampak dan menolak istilah-istilah yang berhubungan dengan peristiwa mental seperti image, idea, atau piker. Behaviorisme memandang berfikir adalah sebagian dari ucapan vocal sedehana yang bisa diamati dengan melihat gerakan bibir. Sumbangan behaviorisme terhadap studi aktivitas mental sebenarnya tidak ada, tetapi sumbangan terhadap psikologi kognitif adalah metode-metodenya yang digunakan oleh psikologi kognitif.
-       Pendekatan gestalt
Pada abad ke 20 di Eropa muncul dan berkembang aliran psikologi gestalt . psikologi gestalt menekankan pada pandangan bahwa manusia memiliki kecenderungan dasar untuk mengorganisasikan apa yang dia lihat dan lebih melihat secara keseluruhan dibandingkan bagian-bagiannya. Gestalt mendukung metode introspeksi dari Wundt dengan teknik analisis pengalaman menjadi komponen-komponen yang terpisah, karena mereka menganggap bahwa pengalaman keseluruhan akan nampak pengorganisasiannya. Gestalt juga menekankan pentingnya insight dalam melakukan pemecahan masalah.
Kebangkitan Psikologi Kognitif
Awal tahun 1900an, Frederick C. Bartlett melakukan penelitian tentang memori pada manusia dan mengarang buku yang berjudul Remembering An Experimental and Social Study pada tahun 1932. Bartlett juga menolak secara halus metode yang digunakan Ebbinghaus tentang penggunaan kata-kata yang tak bermakna. Bartlett justru menggunakan materi penelitian yang mempunyai makna, seperti menggunakan materi cerita pendek untuk meneliti memori. Penelitian yang lain juga menyangkut memori manusia dalam meproses dan melakukan interpretasi terhadap suatu informasi dan meneliti bagaiman informasi ditransformasi.
Munculnya Psikologi Kognitif Kontemporer
Psikologi kognitif lahir pada 11 September tahun 1956 yang ditandai dengan adanya symposium yang membicarakan hasil-hasil penelitian psikologi kognitif di Massachusetts Institute of Technology dan banyaknya publikasi hasil penelitian serta buku yang membahas tentang atensi, memori, bahasa, pembentukan konsep, dan problem solving pada tahun tersebut.
Antusiasme (cognitive revolution) pada pendekatan kognitif tumbuh dengan cepat pada tahun 1960an dengan ditandai oleh perkembangan dalam bidang metode, pendekatan, dan sikap-sikap yang mengalami perubahan mendasar dan perubahan ini ditandai dengan publikasi dari Ulric Neisser berupa buku yang berjudul Cognitive Psychology pada tahun 1967.

C.   Ruang Lingkup Psikologi Kognitif
Ruang lingkup psikologi kognitif meliputi persepsi, ilmu tentang otak, pengenalan pola, perhatian, memori, membentuk pengetahuan, imageri, bahasa, perkembangan kognitif, berpikir dan pembentukan konsep, intelegensi, dan artificial intelligence.
o   Persepsi (perception), dalam psikologi kognitif mempelajari bagaimana mendeteksi dan menginterpetasi stimuli yang ada di sensoria tau indera. Ilmu tentang otak (brain science), antara psikologi kognitif dan ilmu tentang otak memiliki hubungan yang sangat erat. Ilmu saraf akan dapat menjelaskan kerja suatu area kognitif dalam laboratorium sehingga dapat mengetahui proses elektrokemis dari kerja kognitif di otak dan system saraf.
o   Pengenalan pola (pattern recognition), stimuli dari lingkungan yang kita terima jarang yang hanya diterima oleh satu indera dan stimuli yang kita terima juga merupakan sebagian dari stimuli yang lebih besar dan lebih kompleks. Mengenal stimuli yang kita terima melibatkan berbagai faktor agar dapat mengenal pola stimuli dengan tepat.
o   Perhatian (attention), stimulus yang menerpa kita sangat besar dan banyak yang tidak mungkin bisa kita terima secara serentak, untuk itu kita dituntut untuk memilih stimulus mana yang akan kita terima agar tidak mengalami beban berlebihan atau overloaded.
o   Memori (memory), stimulus yang kita terima akan menjadi bentuk informasi yang mungkin kita anggap penting dan menjadi pengetahuan kita dan nanti untuk mengarahkan perilaku kita. Pengetahuan itu perlu kita simpan di memori, bagaiman cara menyimpan, dan bagaimana cara menggunakan pengetahuan adalah menyangkut cara kerja memori.
o   Membentuk pengetahuan (representation of knowledge), adalah dasar dari kejra kognitif manusia, bagaimana informasi dari luar diterima, dimaknai, dan dikombinasikan dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya.
o   Imageri (imagery), kerja kognitif akan mampu membuat gambaran mental tentang lingkungan dan dalam membuat gambaran tentang lingkungan didasari oleh peta kognitif yang dimiliki dan dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa.
o   Bahasa (language function), untuk dapat menyamapaikan pengetahuan kita ke orang lain adalah dengan melalui bahasa sehingga bahasa dapat menggambarkan pengetahuan kita.
o   Perkembangan kognitif (developmental cognitive psychology), dalam perkembangan psikologi kognitif banyak melakukan penelitian dan mengembangkan teori untuk memahami bagaimana struktur kognitif berkembang.
o   Berpikir dan pembentukan konsep (thinking and concept formation), bila menghadapi suatu masalah maka seseorang dituntut untuk menjawab masalah yang dihadapi sehingga perlu membentuk konsep agar dapat menjawab masalah yang dihadapi.
o   Intelegensi (human intelligence), mempelajari bagaimana kita mampu memahami suatu masalah mampu beradaptasi dengan situasi yang dihadapi sehingga mampu mengambil keputusan dan bahkan dapat menciptakan sesuatu yang baru.
o   Intelegensi artificial (artificial intelligence), suatu alat yang daoat membantu manusia dan alat itu bekerjanya didasari oleh ilmu pengetahuan tentang kerja kognitif.

D.   Metode Penelitian
            Metode penelitian yang digunakan dalam psikologi kognitif bersumber dari metode yang digunakan para peneliti Jerman untuk mempelajari memori, asosiasi, dan proses-proses psikologis. Teknik-teknik penelitian tersebut menjadi alat utama psikologi eksperimen. Seiring berkembangnya psikologi kognitif menjadi ilmu yang bersifat interdisipliner, ilmu ini meminjam metode-metode penelitian dari cabang ilmu lain dan memodofikasi metode-metode tersebut untuk mempelajari proses kognitif. Metode penelitian adalah alat yang kita gunakan untuk memahami, menguji, dan mengembangkan ide-ide baru. Ada berbagai macam metode penelitian yang bisa digunakan penelitian yang bisa digunakan oleh para ilmuwan psikologi. Beberapa metode memampukan para peneliti mendeskripsikan fenomena (studi observasi) sedangkan metode lain membantu para peneliti menjelaskan fenomena (eksperimen). Melalui sebuah eksperimen, determinan sebab dan akibat dapat ditentukan, sehingga eksperimen menjadi sebuah alat yang berharga pagi para psikolog kognitif.
            Sebuah devinisi operasional mengharuskan anda menjabarkan konsep secara detail dan jelas, sehingga mengubah konsep yang abstrak menjadi konsep yang konkret. Satu karakteristik umum dari sebuah metodologi, terlepas dari metode yang digunakan, adalah adanya unit analisi. Unit analisis adalah bahan atau focus utama studi Anda, yang pada akhirnya menentukan apa yang diukur. Cara terbaik untuk memahami unit analisis adalah dengan menentukan apa yang sebenarnya sedang diukur. Unit analisis dapat pula berupa unit geografis, atau unit objek hasil karya. Para psikolog kognitif umumnya menggunakan unit analisis berupa individu perseorangan. Bidang-bidang psikologi yang lain, dan disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi, mengadalkan unit-unit analisis yang berbeda. Setiap jenis metode penelitian juga bergantung pada asumsi-asumsi tertentu.
            Dua jenis metode utama yang akan kami bahas, secara umum dapat dikategorikan menjadi dua: (1) mengukur korelasi psikologis dngan dunia nyata, dan (2) mendokumentasikan kasus-kasus unik.
1.    Mengukur Korelasi Psikologis dengan Dunia Nyata
Metode-metode yang masuk kedalam kategori ini adalah metode-metode yang secara spesifik mengukur reaksi atau respons terhadap peristiwa ekstenal yang terjadi di dunia. Psikofisika adalah studi ilmiah tentang hubungan antara stimuli dengan sensasi dan persepsi yang ditimbulkan oleh stimuli tersebut.
-       Psikofisika mengasumsikan adanya hubungan fungsional antara kondisi psikologis dengan stimulus fisik. Salah satu kontribusi penting dari penelitian Weber adalah bahwa pendeteksian terhadap berat mengikuti prinsip-prinsip matematika sehingga kita dapat memperkirakan JND dengan menggunakan rumus matematika. Artinya, JND memiliki karakteristik yang dapat dikategorikan sebagai suatu “hukum”. Para ilmuwan psikofisika berminat terhadap ambang perseptual. Fechner menyusun beragam metode psikofisika yang meliputi ambang batas absolut, perbedaan ambang batas, dan metode penyesuaian.
-       Studi Sel Tunggal telah digunakan oleh para peneliti seperti Hubel dan Wiesel (1959) yang memetakan konteks visual pada kucing. Studi sel tunggal termasuk studi yang bersifat invasive karena para peneliti harus membuka tempurung kepala subjek. Para peneliti menyatakan bahwa sel-sel berkomukikasi melalui impuls-impuls listrik sehingga sebuah alat pengukur mikroskopis dapat memasuki sebuah sel tanpa merusaknya. Alat tersebut dapat mengukur aktivitas listrik dalam sel, sehingga kita dapat mengevaluasi pengalaman perseptual dalam tataran sel. Asumsi dari penelitian Hubel dan Wiesel adalah apabila sel merespons sebuah stimulus visual maka terdapat hubungan antara stimulus tersebut dengan sel tertentu. Rekaman penelitian sel tunggal juga dapat digunakan pada bagian otak yang lain seperti LGN (lateral geniculate nucleus) dan konteks serebral.
-       Studi Waktu-Reaksi adalah ciri khas psikologi kognitif. Studi ini dugunakan untuk meneliti proses-proses kognitif. Penelitian-penelitian awal sebagaimana yang dilakukan dilaboratorium Wundt melibatkan penggunaan krometer mental sebagaimana diilustrasikan dalam studi-studi Donder. Pada dasarnya, studi-studi semacam ini mengukur waktu yang diperlukan partisipan untuk menyelesaikan sebuah tugas sederhana seperti merespons sebuah sinar putih dan membandingkan waktu reaksi. Para peneliti awal beranggapan bahwa perbedaan antara kedua waktu reaksi dapat digunakan untuk menyimplkan pemrosesan-pemrosesan tambahan yang memampukan seseorang membedakan sinar kuning dengan putih. Studi-studi waktu reksi sangat bergantung pada asumsi-asumsi bahwa aktivitas kognitif membutuhkan waktu dan sebuah tahapan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum tahapan lain dapat dilaksanakan. Akibatnya, berbagai penelitian dalam psikologi kognitif mengevaluasi jumlah waktu yang diperlukan partisipan untuk merespons suatu stimuli atau dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu.
-       Studi Priming, sebuah stimulus disajikan sekilas dan setelah jeda beberapa saat, stimulus kedua disajikan dn partisipan diminta membuat penilaian terkait stimulus kedua, seperti “apakah stimulus kedua ‘sama’ dengan stimulus pertama ?” studi priming telah dugunakan oleh para psikolog kognitif selama beberapa generasi, dan sejenis priming sederhana dapat ditemukan pada periode awal psikologi eksperimen, pada abad ke-19. Dengan adanya tachistoscope, computer, dan teknologi pencitraan otak, eksperimen-eksperimen priming telah menjadi semakin popular. Logika dibalik eksperimen priming, terutama yang didesain untuk menguji efek semantic, menyatakan bahwa mengaktifan sebuah item yang dapat dihubungkan dengan item lain akan meningkatkan kemungkinan item kedua dikenali oleh otak. Efek ini dikenali sebagai efek priming semantic. Jenis efek kedua yang disebut efek priming objek serupa dengan priming semantic. Lazimnya terdapat dua tahap. Tahap pertama terdiri dari penyajian objek. Pada tahap kedua sebuah objek disajikan dan tingkat keakuratan partisipan serta waktu reaksi diukur. Tingkat akurasi adalah variable yang selalu diukur dalam setiap eksperimen priming, namun waktu reaksi adalah variable pilihan yang dalam beberapa eksperimen tidak diikutsertakan. Dalam eksperimen-eksperimen tertentu, prosedurnya dibalik.
-       Studi pelacakan bola mata. Pemrosesan informasi visual lazimnya melibatkan sebagian besar jaringan otak. Berdasarkan penetahuan bahwa kita hanya dapat melihat objek yang berada dalam area pandang kita, para peneliti telah mengembangkan teknik- teknik untuk menentukan secara akurat arah fiksasi mata seseorang pada suatu waktu tertentu. Dengan menggunakan metode pelacakan pergerakan bola mata, para peneliti dapat mengevaluasi secara akurat kata atau kalimat yang sedang dilihat oleh seseorang, juga kata atau kalimat selanjutnya yang akan dibaca orang itu. melalui studi pelacakan bola mata, para peneliti menemukan bahwa penderita disleksia memiliki pergerakan bola mata yang berbeda dengan orang normal.diasumsikan bahwa otak memerintahkan bola mata untuk memandang ke stimulus visual didunia nyata yang penting bagi kinerja fungsi kognitif.
-       Studi laterisasi. Dalam upayanya menentuka bagain-bagian otak yang memiliki fungsi-fungsi khusus, para peneliti menemukan bahwa kedua belahan otak mempengaruhi fungsi kognitif yag berbeda. Asumsi yang mendasari jenis studi laterisasi semacam ini menyatakan bahwa seandainya sebuah objek diperuntukan bagi otak kiri, namun pada akhirnya diproses oleh otak kanan , akibatnya waktu pemrosesan akan lebih lama daripada bila objek itu sejak semula memang diperuntukkan bagi otak kanan.
2.    Mendokumentasikan kasus-kasus unik
-       Studi kasus. Para psikolog data mempelajari otak melalui proses reverse engineering. Para psikolog dapat mempelajari deficit atibut dan fungsi kognitif pada individu-individu yang mengalami kerusakan dibagian otaknya.pada mulanya, penelitian-penelitian terhadap kasus kerusakan otak yang terjadi secra alami adalah penelitian yang sulit dilakukan karena hamper-hampir mustahil untuk menentukan lokasi kerusakan neurologis di otak. Lokasi kerusakan itu baru dapat diperkirakan dengan jelas ketika sumber kerusakan itu jelas. Pada zaman modern ini, kita memiliki teknik-teknik pencitraan yang memungkinkan kita mempelajari otak manusia degan detail, sementara orang yang bersangkutan masih hidup. Diasumsikan bahwa terdapat area-area khusus, terpusat yang mengendalikan fungsi-fungsi tertentu dan tidak semata-mata bergantung pada jaringan neuron.
-       Studi pencitraan. Penentuan lokasi oak yang mengendalikan fungsi-fungsi tertentu telah dipermudah oleh teknologi modern, yang memungkinkan kita membuat citra otak. Studi pencitraan dapat dikategorikan sebagai pencitraan yang menampilkan struktur, proses atau struktur sekagus proses. Pencitraan terhadap struktur berguna dalam menggunakan detail-detail kerusakan neurologis dan perubahan terkait perkembangan biologis, sedangkan pencitraan terhadap proses memingkinkan kita menentukan waktu dan lokasi berlangsungnya suatu kejadian. Asumsi yang yang mendasari studi-studi ini, yakni beberapa teknit pencitaan bergantung pada pengobservasian terhadap aliran darah ke bagian-bagian tertentu di otak. Darah digunakan sebagai penghantar oksigen ke otak sekaligus menyingkirkan limbah metabolisme. Diasumsikan bahwa area-area yang terlibat dalam aktifitas kognitif akan memerlukan oksigen dalam jumlah jauh lebih besar dan menghasilkan limbah metabolisme dalam jumlah yang lebih besar, sehingga memerlukan lebih banyak suplai darah.
Etika
Para peneliti mempelajari proses-proses kognitif menggunaka subjek manusia dan binatang. Metode yang dapat diterapkan pada binatang belum tentu bisa diterapkan pada manusia. Metode yang dapat diterapkan pada orang dewasa pun tidak selalu dapat diterapkan pada anak-anak. Bagaimana pun juga seluruh penelitian diwajibkan mematuhi panduan etik yang disahkan oleh hukum Negara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar