A.
Definisi
Psikologi Kognitif
Psikologi
kognitif adalah cabang ilmu psikologi yang memperlajari proses mental dan
perilaku, namun lebih menekankan/ memusatkan pada proses mentalnya. Psikologi
kognitif bertujuan mempelajari bagaimana kita menerima informasi dari dunia
sekitar dan bagaimana informasi tersebut disimpan dan ditransformasi menjadi
bentuk pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku kita.
Psikologi
kognitif mempelajari proses-proses mental dari sensasi ke persepsi, neurosains,
pengenalan pola, perhatian, belajar, memori, pembentukan konsep, berfikir,
imajinasi, pengingatan kembali, bahasa, inteligensi, dan proses perkembangan
kognitif.
B.
Sejarah
Psikologi Kognitif
Fondasi awal
dari psikologi kognitif yaitu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari para filsuf yang menanyakan asal muasal
pengetahuan dan bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran. Teori-teori
kuno umumnya juga membahas letak pikiran dan memori. Studi terhadap aksara
hieroglif mesir kuno menunjukkan bahwa para penulisnya meyakini bahwa pengetahuan
berada di jantung, sama seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles. Aristoteles
pada waktu itu sudah mengajukan hukum belajar dan memori, juga mendiskusikan
tentang imageri. Aristoteles juga memperhatikan tentang pengetahuan (knowledge)
yang dimiliki manusia yang berasal dari pengalaman dan observasi.
Pada tahun
1879 dengan ditandai berdirinya laboratorium oleh Wilhelm Wundt di Leipziq,
Jerman menandai dimulainya ilmu psikologi sebagai salah satu disiplin ilmu baru
yang terpisah dari filsafat dan fisiologi. Wundt berpendapat bahwa psikologi
adalah ilmu yang mempelajari proses mental dan untuk mempelajari proses mental
Wundt menggunakan teknik introspeksi. Introspeksi adalah suatu teknik melakukan
pengamatan secara sistematik terhadap sensasi diri sendiri dan melakukan
pencatatan secara objektif. Menurut pandangan psikologi kognitif yang sekarang
teknik introspeksi dari Wundt ini sedikit agak subjektif.
Pada tahun
1885-1913, Hermann Ebbinghaus menemukan metode dalam mempelajari memori manusia
yang menyusun lebih dari 2000 kata tak bermakna dan mencoba kemampuan dirinya
dan mecoba untuk mempelajarinya. Dengan menggunakan kata-kata tak bermakna
dalam eksperimennya dimaksudkan bahwa tidak ada pengaruh faktor pengalaman
sebelumnya.
Sementara itu
di Amerika juga dilakukan penelitian yang sama oleh seorang psikolog wanita
bernama Mary Whiton Calkins pada tahun 1894. Ia juga merupakan wanita pertama
yang menjadi presiden American Psychological Association. Calkins mencatat ada
fenomena memori yang disebut recency effect yaitu kemampuan merecal secara
akurat item yang terakhir pada suatu seri stimulus.
Pada akhir
abad 19, figure lain dalam sejarah perkembangan psikologi kognitif adalah
Willian James. James tidak terpengaruh oleh teknik dari Wundt ataupun dari
ebbinghaus, ia lebih suka menggali teori-teori psikologi untuk menjawab masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian dia mnerbitkan buku yang berjudul
Principels of Psychologypada tahun 1890. Bukunya secara rinci menjelaskan
tentang pengalaman manusia sehari-hari dan menekankan bahwa jiwa manusia adalah
aktif dan banyak mengandung rasa ingin tahu. Selain itu dijelaskan juga tentang
persepsi, atensi, berpikir, dan berbagai macam petunjuk fenomena
Periode
Kesuraman Psikologi Kognitif
-
Behaviorisme
Pada
abad 20 berkembang luas tentang teori behaviorisme di Amerika. Pandangan
behaviorisme mengatakan bahwa psikologi harus berfokus hanya pada hal-hal yang
obyektif dan observable. Behaviorisme menekankan pada pengaruh stimulus
lingkungan sebagai penentu perilaku. Tokoh terkemuka di awal behaviorisme di
Amerika yang terkemuka adalah psikologi John B. Watson. Aliran Behaviorisme
menekankan pada perilau-perilaku yang Nampak dan menolak istilah-istilah yang
berhubungan dengan peristiwa mental seperti image, idea, atau piker.
Behaviorisme memandang berfikir adalah sebagian dari ucapan vocal sedehana yang
bisa diamati dengan melihat gerakan bibir. Sumbangan behaviorisme terhadap
studi aktivitas mental sebenarnya tidak ada, tetapi sumbangan terhadap
psikologi kognitif adalah metode-metodenya yang digunakan oleh psikologi
kognitif.
-
Pendekatan
gestalt
Pada
abad ke 20 di Eropa muncul dan berkembang aliran psikologi gestalt . psikologi
gestalt menekankan pada pandangan bahwa manusia memiliki kecenderungan dasar
untuk mengorganisasikan apa yang dia lihat dan lebih melihat secara keseluruhan
dibandingkan bagian-bagiannya. Gestalt mendukung metode introspeksi dari Wundt
dengan teknik analisis pengalaman menjadi komponen-komponen yang terpisah,
karena mereka menganggap bahwa pengalaman keseluruhan akan nampak
pengorganisasiannya. Gestalt juga menekankan pentingnya insight dalam melakukan
pemecahan masalah.
Kebangkitan Psikologi Kognitif
Awal tahun 1900an, Frederick C.
Bartlett melakukan penelitian tentang memori pada manusia dan mengarang buku
yang berjudul Remembering An Experimental
and Social Study pada tahun 1932. Bartlett juga menolak secara halus metode
yang digunakan Ebbinghaus tentang penggunaan kata-kata yang tak bermakna.
Bartlett justru menggunakan materi penelitian yang mempunyai makna, seperti
menggunakan materi cerita pendek untuk meneliti memori. Penelitian yang lain
juga menyangkut memori manusia dalam meproses dan melakukan interpretasi
terhadap suatu informasi dan meneliti bagaiman informasi ditransformasi.
Munculnya Psikologi Kognitif
Kontemporer
Psikologi
kognitif lahir pada 11 September tahun 1956 yang ditandai dengan adanya
symposium yang membicarakan hasil-hasil penelitian psikologi kognitif di Massachusetts Institute of Technology
dan banyaknya publikasi hasil penelitian serta buku yang membahas tentang
atensi, memori, bahasa, pembentukan konsep, dan problem solving pada tahun
tersebut.
Antusiasme
(cognitive revolution) pada pendekatan kognitif tumbuh dengan cepat pada tahun
1960an dengan ditandai oleh perkembangan dalam bidang metode, pendekatan, dan
sikap-sikap yang mengalami perubahan mendasar dan perubahan ini ditandai dengan
publikasi dari Ulric Neisser berupa buku yang berjudul Cognitive Psychology pada tahun 1967.
C.
Ruang
Lingkup Psikologi Kognitif
Ruang lingkup
psikologi kognitif meliputi persepsi, ilmu tentang otak, pengenalan pola,
perhatian, memori, membentuk pengetahuan, imageri, bahasa, perkembangan kognitif,
berpikir dan pembentukan konsep, intelegensi, dan artificial intelligence.
o
Persepsi
(perception), dalam psikologi kognitif mempelajari bagaimana mendeteksi dan
menginterpetasi stimuli yang ada di sensoria tau indera. Ilmu tentang otak
(brain science), antara psikologi kognitif dan ilmu tentang otak memiliki
hubungan yang sangat erat. Ilmu saraf akan dapat menjelaskan kerja suatu area
kognitif dalam laboratorium sehingga dapat mengetahui proses elektrokemis dari
kerja kognitif di otak dan system saraf.
o
Pengenalan
pola (pattern recognition), stimuli dari lingkungan yang kita terima jarang
yang hanya diterima oleh satu indera dan stimuli yang kita terima juga
merupakan sebagian dari stimuli yang lebih besar dan lebih kompleks. Mengenal
stimuli yang kita terima melibatkan berbagai faktor agar dapat mengenal pola
stimuli dengan tepat.
o
Perhatian
(attention), stimulus yang menerpa kita sangat besar dan banyak yang tidak
mungkin bisa kita terima secara serentak, untuk itu kita dituntut untuk memilih
stimulus mana yang akan kita terima agar tidak mengalami beban berlebihan atau
overloaded.
o
Memori
(memory), stimulus yang kita terima akan menjadi bentuk informasi yang mungkin
kita anggap penting dan menjadi pengetahuan kita dan nanti untuk mengarahkan
perilaku kita. Pengetahuan itu perlu kita simpan di memori, bagaiman cara
menyimpan, dan bagaimana cara menggunakan pengetahuan adalah menyangkut cara
kerja memori.
o
Membentuk
pengetahuan (representation of knowledge), adalah dasar dari kejra kognitif
manusia, bagaimana informasi dari luar diterima, dimaknai, dan dikombinasikan
dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya.
o
Imageri
(imagery), kerja kognitif akan mampu membuat gambaran mental tentang lingkungan
dan dalam membuat gambaran tentang lingkungan didasari oleh peta kognitif yang
dimiliki dan dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa.
o
Bahasa
(language function), untuk dapat menyamapaikan pengetahuan kita ke orang lain
adalah dengan melalui bahasa sehingga bahasa dapat menggambarkan pengetahuan
kita.
o
Perkembangan
kognitif (developmental cognitive psychology), dalam perkembangan psikologi
kognitif banyak melakukan penelitian dan mengembangkan teori untuk memahami
bagaimana struktur kognitif berkembang.
o
Berpikir
dan pembentukan konsep (thinking and concept formation), bila menghadapi suatu
masalah maka seseorang dituntut untuk menjawab masalah yang dihadapi sehingga
perlu membentuk konsep agar dapat menjawab masalah yang dihadapi.
o
Intelegensi
(human intelligence), mempelajari bagaimana kita mampu memahami suatu masalah
mampu beradaptasi dengan situasi yang dihadapi sehingga mampu mengambil
keputusan dan bahkan dapat menciptakan sesuatu yang baru.
o
Intelegensi
artificial (artificial intelligence), suatu alat yang daoat membantu manusia
dan alat itu bekerjanya didasari oleh ilmu pengetahuan tentang kerja kognitif.
D.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam psikologi kognitif bersumber dari metode yang
digunakan para peneliti Jerman untuk mempelajari memori, asosiasi, dan
proses-proses psikologis. Teknik-teknik penelitian tersebut menjadi alat utama
psikologi eksperimen. Seiring berkembangnya psikologi kognitif menjadi ilmu
yang bersifat interdisipliner, ilmu ini meminjam metode-metode penelitian dari
cabang ilmu lain dan memodofikasi metode-metode tersebut untuk mempelajari
proses kognitif. Metode penelitian adalah alat yang kita gunakan untuk
memahami, menguji, dan mengembangkan ide-ide baru. Ada berbagai macam metode penelitian
yang bisa digunakan penelitian yang bisa digunakan oleh para ilmuwan psikologi.
Beberapa metode memampukan para peneliti mendeskripsikan fenomena (studi
observasi) sedangkan metode lain membantu para peneliti menjelaskan fenomena
(eksperimen). Melalui sebuah eksperimen, determinan sebab dan akibat dapat
ditentukan, sehingga eksperimen menjadi sebuah alat yang berharga pagi para
psikolog kognitif.
Sebuah
devinisi operasional mengharuskan anda menjabarkan konsep secara detail dan
jelas, sehingga mengubah konsep yang abstrak menjadi konsep yang konkret. Satu
karakteristik umum dari sebuah metodologi, terlepas dari metode yang digunakan,
adalah adanya unit analisi. Unit analisis adalah bahan atau focus utama studi
Anda, yang pada akhirnya menentukan apa yang diukur. Cara terbaik untuk
memahami unit analisis adalah dengan menentukan apa yang sebenarnya sedang
diukur. Unit analisis dapat pula berupa unit geografis, atau unit objek hasil
karya. Para psikolog kognitif umumnya menggunakan unit analisis berupa individu
perseorangan. Bidang-bidang psikologi yang lain, dan disiplin ilmu seperti
sosiologi dan antropologi, mengadalkan unit-unit analisis yang berbeda. Setiap
jenis metode penelitian juga bergantung pada asumsi-asumsi tertentu.
Dua
jenis metode utama yang akan kami bahas, secara umum dapat dikategorikan
menjadi dua: (1) mengukur korelasi psikologis dngan dunia nyata, dan (2)
mendokumentasikan kasus-kasus unik.
1.
Mengukur
Korelasi Psikologis dengan Dunia Nyata
Metode-metode
yang masuk kedalam kategori ini adalah metode-metode yang secara spesifik
mengukur reaksi atau respons terhadap peristiwa ekstenal yang terjadi di dunia.
Psikofisika adalah studi ilmiah tentang hubungan antara stimuli dengan sensasi
dan persepsi yang ditimbulkan oleh stimuli tersebut.
-
Psikofisika
mengasumsikan adanya hubungan fungsional antara kondisi psikologis dengan
stimulus fisik. Salah satu kontribusi penting dari penelitian Weber adalah
bahwa pendeteksian terhadap berat mengikuti prinsip-prinsip matematika sehingga
kita dapat memperkirakan JND dengan menggunakan rumus matematika. Artinya, JND
memiliki karakteristik yang dapat dikategorikan sebagai suatu “hukum”. Para
ilmuwan psikofisika berminat terhadap ambang perseptual. Fechner menyusun
beragam metode psikofisika yang meliputi ambang batas absolut, perbedaan ambang
batas, dan metode penyesuaian.
-
Studi
Sel Tunggal telah digunakan oleh para peneliti seperti Hubel dan Wiesel (1959)
yang memetakan konteks visual pada kucing. Studi sel tunggal termasuk studi
yang bersifat invasive karena para peneliti harus membuka tempurung kepala
subjek. Para peneliti menyatakan bahwa sel-sel berkomukikasi melalui
impuls-impuls listrik sehingga sebuah alat pengukur mikroskopis dapat memasuki
sebuah sel tanpa merusaknya. Alat tersebut dapat mengukur aktivitas listrik
dalam sel, sehingga kita dapat mengevaluasi pengalaman perseptual dalam tataran
sel. Asumsi dari penelitian Hubel dan Wiesel adalah apabila sel merespons
sebuah stimulus visual maka terdapat hubungan antara stimulus tersebut dengan
sel tertentu. Rekaman penelitian sel tunggal juga dapat digunakan pada bagian
otak yang lain seperti LGN (lateral geniculate nucleus) dan konteks serebral.
-
Studi
Waktu-Reaksi adalah ciri khas psikologi kognitif. Studi ini dugunakan untuk
meneliti proses-proses kognitif. Penelitian-penelitian awal sebagaimana yang
dilakukan dilaboratorium Wundt melibatkan penggunaan krometer mental
sebagaimana diilustrasikan dalam studi-studi Donder. Pada dasarnya, studi-studi
semacam ini mengukur waktu yang diperlukan partisipan untuk menyelesaikan
sebuah tugas sederhana seperti merespons sebuah sinar putih dan membandingkan
waktu reaksi. Para peneliti awal beranggapan bahwa perbedaan antara kedua waktu
reaksi dapat digunakan untuk menyimplkan pemrosesan-pemrosesan tambahan yang
memampukan seseorang membedakan sinar kuning dengan putih. Studi-studi waktu
reksi sangat bergantung pada asumsi-asumsi bahwa aktivitas kognitif membutuhkan
waktu dan sebuah tahapan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum tahapan
lain dapat dilaksanakan. Akibatnya, berbagai penelitian dalam psikologi
kognitif mengevaluasi jumlah waktu yang diperlukan partisipan untuk merespons
suatu stimuli atau dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu.
-
Studi
Priming, sebuah stimulus disajikan sekilas dan setelah jeda beberapa saat,
stimulus kedua disajikan dn partisipan diminta membuat penilaian terkait
stimulus kedua, seperti “apakah stimulus kedua ‘sama’ dengan stimulus pertama
?” studi priming telah dugunakan oleh para psikolog kognitif selama beberapa
generasi, dan sejenis priming sederhana dapat ditemukan pada periode awal
psikologi eksperimen, pada abad ke-19. Dengan adanya tachistoscope, computer,
dan teknologi pencitraan otak, eksperimen-eksperimen priming telah menjadi
semakin popular. Logika dibalik eksperimen priming, terutama yang didesain
untuk menguji efek semantic, menyatakan bahwa mengaktifan sebuah item yang
dapat dihubungkan dengan item lain akan meningkatkan kemungkinan item kedua
dikenali oleh otak. Efek ini dikenali sebagai efek priming semantic. Jenis efek
kedua yang disebut efek priming objek serupa dengan priming semantic. Lazimnya
terdapat dua tahap. Tahap pertama terdiri dari penyajian objek. Pada tahap
kedua sebuah objek disajikan dan tingkat keakuratan partisipan serta waktu
reaksi diukur. Tingkat akurasi adalah variable yang selalu diukur dalam setiap
eksperimen priming, namun waktu reaksi adalah variable pilihan yang dalam
beberapa eksperimen tidak diikutsertakan. Dalam eksperimen-eksperimen tertentu,
prosedurnya dibalik.
-
Studi
pelacakan bola mata. Pemrosesan informasi visual lazimnya melibatkan sebagian
besar jaringan otak. Berdasarkan penetahuan bahwa kita hanya dapat melihat
objek yang berada dalam area pandang kita, para peneliti telah mengembangkan
teknik- teknik untuk menentukan secara akurat arah fiksasi mata seseorang pada
suatu waktu tertentu. Dengan menggunakan metode pelacakan pergerakan bola mata,
para peneliti dapat mengevaluasi secara akurat kata atau kalimat yang sedang
dilihat oleh seseorang, juga kata atau kalimat selanjutnya yang akan dibaca
orang itu. melalui studi pelacakan bola mata, para peneliti menemukan bahwa
penderita disleksia memiliki pergerakan bola mata yang berbeda dengan orang
normal.diasumsikan bahwa otak memerintahkan bola mata untuk memandang ke
stimulus visual didunia nyata yang penting bagi kinerja fungsi kognitif.
-
Studi
laterisasi. Dalam upayanya menentuka bagain-bagian otak yang memiliki
fungsi-fungsi khusus, para peneliti menemukan bahwa kedua belahan otak
mempengaruhi fungsi kognitif yag berbeda. Asumsi yang mendasari jenis studi
laterisasi semacam ini menyatakan bahwa seandainya sebuah objek diperuntukan
bagi otak kiri, namun pada akhirnya diproses oleh otak kanan , akibatnya waktu
pemrosesan akan lebih lama daripada bila objek itu sejak semula memang diperuntukkan
bagi otak kanan.
2.
Mendokumentasikan
kasus-kasus unik
-
Studi
kasus. Para psikolog data mempelajari otak melalui proses reverse engineering.
Para psikolog dapat mempelajari deficit atibut dan fungsi kognitif pada
individu-individu yang mengalami kerusakan dibagian otaknya.pada mulanya,
penelitian-penelitian terhadap kasus kerusakan otak yang terjadi secra alami
adalah penelitian yang sulit dilakukan karena hamper-hampir mustahil untuk
menentukan lokasi kerusakan neurologis di otak. Lokasi kerusakan itu baru dapat
diperkirakan dengan jelas ketika sumber kerusakan itu jelas. Pada zaman modern
ini, kita memiliki teknik-teknik pencitraan yang memungkinkan kita mempelajari
otak manusia degan detail, sementara orang yang bersangkutan masih hidup. Diasumsikan
bahwa terdapat area-area khusus, terpusat yang mengendalikan fungsi-fungsi
tertentu dan tidak semata-mata bergantung pada jaringan neuron.
-
Studi
pencitraan. Penentuan lokasi oak yang mengendalikan fungsi-fungsi tertentu
telah dipermudah oleh teknologi modern, yang memungkinkan kita membuat citra
otak. Studi pencitraan dapat dikategorikan sebagai pencitraan yang menampilkan
struktur, proses atau struktur sekagus proses. Pencitraan terhadap struktur
berguna dalam menggunakan detail-detail kerusakan neurologis dan perubahan
terkait perkembangan biologis, sedangkan pencitraan terhadap proses
memingkinkan kita menentukan waktu dan lokasi berlangsungnya suatu kejadian.
Asumsi yang yang mendasari studi-studi ini, yakni beberapa teknit pencitaan
bergantung pada pengobservasian terhadap aliran darah ke bagian-bagian tertentu
di otak. Darah digunakan sebagai penghantar oksigen ke otak sekaligus
menyingkirkan limbah metabolisme. Diasumsikan bahwa area-area yang terlibat
dalam aktifitas kognitif akan memerlukan oksigen dalam jumlah jauh lebih besar
dan menghasilkan limbah metabolisme dalam jumlah yang lebih besar, sehingga
memerlukan lebih banyak suplai darah.
Etika
Para peneliti
mempelajari proses-proses kognitif menggunaka subjek manusia dan binatang.
Metode yang dapat diterapkan pada binatang belum tentu bisa diterapkan pada
manusia. Metode yang dapat diterapkan pada orang dewasa pun tidak selalu dapat
diterapkan pada anak-anak. Bagaimana pun juga seluruh penelitian diwajibkan
mematuhi panduan etik yang disahkan oleh hukum Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar