BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otak adalah salah satu
organ di dalam tubuh manusia dimana fungsi utamanya adalah berpikir dimana
proses tersebut terjadi karena penerimaan data atau informasi yang kemudian
diolah ataupun diproses yang kemudian menghasilkan data atau informasi baru.
Sehingga otak merupakan organ paling penting di dalam tubuh manusia.
Terkait dengan
keberadaan otak, berkembanglah satu disiplin ilmu yang mengkaji masalah otak
yaitu neuroscience. Neuroscience merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada
studi saintifik dari sistem saraf. Secara umum, disiplin ilmu ini terlihat merupakan cabang dari ilmu
biologi. Namun dalam perkembangannya, neuroscience membahas lebih dari itu dan
lebih spesifik dalam bidang saraf dan otak.
Perkembangan disiplin
ilmu ini menunjukkan hal yang luar biasa. Implikasi positif dari perkembangan
tersebut adalah dilakukannya berbagai kerjasama ( kolaborasi ) dengan berbagai
disiplin ilmu lainnya. Sudah banyak dilakukan kerjasama penelitian antarbidang
ilmu dalam kerangka neuroscience, seperti disiplin ilmu psikologi kognitif dan
neuroscience. Perpaduan dari kedua disiplin ilmu inilah yang akhirnya
melahirkan disiplin ilmu baru yaitu neuroscience kognitif yang secara khusus
mempelajari bagaimana anatomi ( struktur – struktur fungsi tubuh ) dan fisiologi
( fungsi – fungsi dan proses – proses yang terjadi di dalam tubuh ) saraf
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kognisi manusia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian neuroscience kognitif ?
2. Peralatan
apa sajakah yang digunakan oleh para ilmuwan neurosains ?
3. Bagaimana
sejarah perkembangan neuroscience kognitif ?
4. Bagaimana
anatomi otak berperan penting dalam proses kognitif ?
5. Apakah
keterkaitan antara psikologi kognitif dengan neurosains ?
1.3. Tujuan & Manfaat
1.
Untuk
memenuhi tugas harian dalam mata kuliah psikologi kognitif.
2.
Untuk
mengetahui manfaat dan kegunaan neuroscience dalam psikologi.
3. Mampu memahami keterkaitan antara
psikologi kognitif dan neuroscience.
BAB II
KAJIAN TEORI
Neuroscience kognitif
adalah bidang studi yang menghubungkan otak dan aspek-aspek lain sistem saraf,
khususnya otak, dengan pemrosesan kognitif dan akhirnya dengan perilaku.
Sementara otak adalah organ dalam tubuh manusia yang mengontrol langsung
pikiran, emosi dan motivasi kita. Pada umumnya otak dianggap berada di belahan
atas hierarki tubuh, dengan beragam organ lain merespon di bawah komandonya.
Namun, otak juga mendengarkan dan dipengaruhi oleh organ-organ tubuh lainnya.
Oleh karena itu, dikatakan bahwa otak bersifat direktif dan reaktif.
Kognisi telah ditelaah dalam beberapa bidang,
masing-masingnya menggunakan pendekatan yang berbeda. Ketika pertama kali
ditelaah, psikologi kognitif hanya berfokus pada tingkat pemrosesan informasi
(Lindsay & Norman, 1977; Neisser, 1967). Faktanya, jika kita melihat lebih
jauh, peneliti lain menyatakan bahwa dengan memahami hardware secara rinci akan
membantu kita memahami fungsinya. Neurosains bertujuan untuk memahami “wetware”
di dalam otak, yang juga harus dipahami dalam berbagai tingkatan analisis yang
berbeda. Di sisi ekstrim, kita harus memahami sifat genetic dan kejadian
molecular yang mengatur sel untuk mengetahui bagamaina neuron bekerja. Di sisi
ekstrim lainnya, kita harus memahami fungsi lobus-lobus dan interaksi antara
wilayah-wilayah otak yang berbeda untuk mengetahui bagaimana otak beroperasi
secara keseluruhan. Teori interaksi skala luas antara area otak tersebut
berpadu dengan teori pemrosesan
informasi. (cf. Dowling, 1992)
Kognitif neurosains
terletak di persimpangan neurosains dan psikologi kognitif. Ide penuturunnya
adalah “pikiran adalah sesuatu yang dilakukan otak.” Kognisi merupakan
pemrosesan informasi, tetapi pemrosesan informasi dijalankan oleh otak dengan
karakteristik khusus. Meskipun demikian, seperti yang ditunjukan oleh namanya,
dimana neurosains merupakan sebuah kata benda yang dimodifikasi oleh kognitif,
kognitif neurosains berfokus untuk memahami otak itu sendiri- apa yang
dilakukan oleh bagian otak yang berbeda dan bagaimana mereka berinteraksi.
Kemajuan di bidang
neuroscience dan Human Genome Mapping telah mengungkap banyak informasi tentang
struktur dan kinerja otak manusia dan potensi genetiknya. Manusia memiliki
keberbakatan yang jamak yang luar biasa yang membedakannya dengan hewan,
meliputi aspek intelektual, moral, sosial, bahasa, dexterity, dan emosi. Otak
manusia mengandung lebih dari satu milyar sel syaraf otak (neuron) dan hampir
satu triliun sel glia. Setiap neuron tersebut dapat membentuk jaringan dengan
dua puluh ribu neuron lainnya, sehingga membentuk trilyunan kombinasi yang siap
memproses informasi yang tak terhingga. Otak tersusun oleh korteks, medula, dan
batang otak yang membentuk satu kesatuan (triune), membentuk manusia seutuhnya
yang memiliki kemampuan heart, head, dan hand yang tinggi. Belahan kanan dan
kiri dengan jembatan korpus kolosum membentuk reaktor otak (cerebreactor), fisi
dan fusi, yang memungkinkan proses berfikir tingkat tinggi. Bahkan kini
ditengarahi bahwa konstelasi otak manusia mampu mencapai puncak spiritualitas
yang ditengarahi sebagai gelombang keempat peradaban manusia.
Untuk memaksimalkan fungsi-fungsi ini maka perawatan
dan pengayaan terhadap otak merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan, ini
dimaksudkan untuk memaksimalkan fungsi dan kerja otak. Disamping itu juga untuk
menghindari gangguan-gangguan mungkin terdapat pada jaringan saraf otak.
Perawatan dan pemeliharaan otak dengan tepat diyakini dapat merangsang
pertumbuhan sel-sel baru otak (neurogenesis). Memperbaiki fungsinya, dan
memaksimalkan kinerja otak. Dengan demikian muara akhir yang diharapkan adalah
normal dan maksimalnya perkembangan jaringan otak dan dapat bekerja sesuai
dengan fungsinya.
Dalam batasan-batasan
tertentu, neurosains kognitif adalah ilmu yang menyediakan dasar-dasar untuk
lebih jauh lagi menyelidiki isu-isu lama terkait pikiran dan tubuh. Ilmu
neurosains kognitif sebagaimana dikatakan Richard Thompson dari University of
Southern California, “….adalah perkawinan alami antara neurosains dan ilmu
kognitif-secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan pikiran.” (2000,
hal.411)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Psikologi kognitif
Neuroscience adalah
perkembangan ilmu biologi manusia yang bersumber dari ilmu kedokteran, yang
khusus mempelajari tentang otak. Otak adalah organ yang mengatur seluruh aspek
kehidupan makhluk hidup, manusia maupun binatang. Semua gerakan tubuh dikontrol
otak. Dari kesadaran manusia mulai dari makan, tidur, belajar, berpikir,
berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai
dari otak.
Sedangkan kognisi
adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran dan
perasaan atau usaha menggali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses
pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, hasil pemerolehan
pengetahuan. Maka, psikologi kognitif sebagai studi tentang kognisi,
mempelajari tentang proses-proses mental yang mendasari prilaku manusia
meliputi berbagai subdisiplin termasuk memori, belajar, persepsi dan
penyelesain masalah.
Jadi, neuroscience
kognitif adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang bagaimana anatomi dan
fisiologi saraf dan kognisi manusia saling berkaitan dan saling mempengaruhi
satu sama lain. Sehingga neuroscience kognitif lebih mengutamakan pembahasan
ilmunya dengan otak dikarenakan otak adalah pusat pengendalian saraf serta sumber
proses – proses mental dan proses kognisi manusia tersebut.
3.2. Sejarah Neurosians
Kognitif
Descartes meyakini
adanya “benang” yang menghubungkan tangan dengan otak. Dari contoh ketika tangan diletakkan di atas api,
sengatan panas tersebut menggerakkan “benang” sehingga mengaktifkan otak. Otak
lalu mengeluarkan cairan yang membuat lengan menarik telapak tangan dari api
tersebut. Descartes menyebut mekanisme ini dengan Reflex Arc atau Lengkungan
Refleks. Tentu saja mekanisme ini terdengar konyol.
Para filsuf setelah Descartes masih disibukkan oleh
pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan antara pikiran dan tubuh. Kita sekarang mengetahui bahwa segala sesuatu
mengenai pikiran (psikologis) kita dapat mempengaruhi neurologis (tubuh) kita
secara bersamaan. Banyak filsuf dan ilmuwan yang menganggap pikiran dan tubuh
sebagai dua dunia yang berbeda dan terpisah. Jadi, dapat diasumsikan bahwa
suatu dunia dipusatkan pada alam fisik (tubuh) dan dunia yang lain dipusatkan
dalam alam mental (pikiran).
Isu pikiran-tubuh belum terselesaikan hingga saat ini.
Beberapa filsuf berpendapat bahwa satu-satunya dunia yang nyata adalah dunia
pikiran, sedangkan dunia fisik hanyalah ilusi. Filsuf lain berpendapat bahwa satu-satunya dunia yang nyata adlah
dunia fisik, sedangkan dunia pikiran hanyakah sebentuk proses dari aktivitas
yang terjadi di otak.
Para ilmuwan yang mendukung dualisme tubuh-pikiran
mempercayai bahwa tubuh dan pikiran dapat eksis bersama-sama. Pandangan ini
memunculkan masalah mendasar yaitu menentukan bagaimana pikiran terhubung
dengan tubuh dan sebaliknya. Jika kita sedang membicarakan pikiran maka kita
sedang membicarakan hal hal yang mampu dilakukan oleh otak, seperti berpikir,
mempertahankan memori, mempersepsi, pengalaman kompleks seperti cinta, sedih dan
humor. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pikiran tersusun dari
berbagai proses yang sedang dilakukan oleh otak.
Disiplin ilmu psikologi
kognitif mendapatkan namanya pada akhir tahun 1970-an dari belakang kursi taksi
di New York. Michael Gazzaniga, seorang tokoh dalam penelitian kedua hemisfer
otak sedang berada di dalam taksi bersama George Miller, seorang psikologi
kognitif terkemuka. Mereka sedang dalam perjalanan menghadiri acara makan malam
bagi para ilmuwan dari Universitas Rockefeller dan Universitas Cornell. Para
ilmuwan tersebut sedang mempelajari bagaimana otak menghasilkan apa yang kita
sebut dengan “pikiran”. Dalam pembicaraan itu lahirlah istilah “neurosains
kognitif”.
3.3. Peralatan Ilmuwan Neurosians
1.
Elektroencephalogram (EEG) adalah
rekaman-rekaman tentang frekuensi dan intensitas listrik otak yang hidup,
biasanya direkam di sebuah periode yang relatif lama. melalui EEG dimungkinkan
untuk mempelajari aktivitas gelombang otak yang menindikasikan perubahan
konsisi-kondisi mental seperti tidur lelap atau bermimpi. Cara kerja EEG
:
·
Elektroda dipasangkan di
beberapa titik kulit kepala
·
Aktivitas listrik di
otak kemudian direkam
·
Contohnya
rekaman-rekaman EEG yang diambil selama tidur menyingkapkan pola-pola perubahan
aktivitas listrik yang melibatkan seluruh bagian otak. Pola-pola yang muncul
ketika sesorang bermimpi sangat berbeda ketika dia tertidur lelap.
|
2. MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
Untuk
memnghasilkan citra-citra tak bergerak struktur-struktur otak. Para peneliti
dapat menyimpulkan kepadatan atom-atom hydrogen yang berbeda-beda tingkatannya
serta interaksi atom-atom hydrogen tersebut dengan jaringan disekelilingnya.
Kelemahannya
adalah perlu waktu lama untuk membentuk suatu citra.Sekarang telah tersedia
fMRI yang mampu memperoleh citra hanya dalam waktu 30 milidetik. fMRI
mendeteksi peningkatan aliran darah ke area-area yang aktif, sehingga
menampilkan fungsidan struktur.
Alat
Fmri
3. Pemindai CT (Computed
Axial Tomography)
Menghasilkan citra struktur otak tiga dimensi pada media gambar
X-ray yang datar. DSR (dynamic spatial reconstructor) adalah CT yang lebih
canggih yang mampu menampilkan struktur internal dalam tiga dimensi.
4. Pemindai PET (positron
Emission Tomography)
Digunakan untuk memindai penggunaan glukosa di dalam otak. PET
berguna dalam neurosains kognitif terutama dalam pengukuran fungsi-fungsi otak.
5. MEG
(Magnetoencephalography)
Menggunakan sebuah mesin yang mengukur
aktifitas otak dari luar kepala dengan mendeteksi medan magnetic yang
samar-samar dihasilkan oleh aktivitas otak. MEG menghasilkan peta kerja dari
otak dan menyediakan resolusi aktivitas sel saraf yang paling akurat.
6. TMS
(Transcranial Magnetic Stimulation)
Digunakan bersamaan dengan EEG atau
MEG untuk mengevaluasi efek-efek perubahan aktivitas elektrik dalam otak dalam
proses persepsi dan berpikir.
7. Micro
CT
Teknik pencitraan
CT yang terbaru dinamakan x-ray
microtomography. Teknologi ini menggunakan CT untuk memindai melalui
mikroskop yang mampu menghasilkan citra-citra 3D dari struktur yang amat kecil.
Penggunaan maksimal teknologi ini masih menunggu eksplorasi lebih lanjut
3.4. Anatomi Otak
Neurosains
Kognitif adalah bidang kajian mengenai system saraf yang ada di otak manusia.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pokok kajian dari neurosains kognitif
adalah otak. Proses kognitif yang terjadi di otak sangat berpengaruh terhadap
perilaku. Otak dan sumsum tulang belakang adalah system saraf pusat. Namun
pokok kajian kita saat ini adalah otak.
Otak
berfungsi untuk menerima, memproses informasi seperti bau, warna, dan suara.
Otak terdiri lebih dari 100 miliar neuron. Neuron ini berfungsi untuk menerima
dan mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Bagian-bagian neuron adalah sebagai
berikut :
1.
Dendrit berfungsi untuk menerima impuls dari
resepter dan mengirimkannya ke badan sel.
2.
Tubuh sel berfungsi untuk menerima impuls dari
dendrit dan meneruskannya ke akson
3.
Akson
berfungsi untuk menerima impuls dari badan sel dan mengirimkan ke efektor (otot
dan kelenjar)
4.
Terminal prasinaptik merupakan tempat berakhirnya akson.
Terminal prasinaptik terletak dekat permukaan dendrit pada neuron lain yang
membentuk sinapsis.
5.
Sinapsis adalah titik temu antara terminal
akson salah satu neuron dengan neuron lain. Sinapsis berfungsi untuk
mengirimkan impuls dari akson ke dendrit saraf lain. Karena sinapsis inilah
informasi kimiawi dipertukarkan dari neuron satu ke neuron lain dalam wujud
senyawa kimia yang disebut neurotransmitter. Muatan listrik mengalir sepanjang
akson. Ketika muatan listrik ini mencapai dendrit, neurotransmitter dilepaskan.
6.
Sel schwann, sel yang mengelilingi selubung
myelin. Berfungsi untuk mempercepat jalannya impuls, membantu menyediakan
makanan untuk neurit dan regenerasi neurit.
7.
Selubung myelin, pelindung yang mengelilingi akson.
8.
Nodus ranvier, bagian akson yang tidak terbungkus
myelin. Berfungsi untuk mempercepat hantaran rangsang.
Jenis neuron
berdasarkan jumlah ulurannya, sbb:
1.
Neuron Bipolar (interneuron) : Memiliki dua tonjolan disetiap
ujung sel. Terdiri dari dendrit yang membawa impuls ke badan sel dan akson yang
membawa impuls ke efektor.
2.
Neuron Unipolar (sensorik) : Memiliki satu tonjolan dan dua
cabang.
3.
Neuron multipolar (motoric) : Banyak cabang yang muncul dari
badan sel.
Jenis neuron
berdasarkan fungsinya, sbb:
1.
Neuron konektor (interneuron) : Penghubung antara neuron yang satu
dengan yang lain.
2.
Neuron Sensorik (neuron aferen) : Menghantarkan impuls dari reseptor
ke pusat saraf.
3.
Neuron Motorik (neuron eferen) : Menghantarkan impuls motoric dari
saraf ke efektor.
Bagian utama otak ada tiga, yaitu :
1.
Otak
besar (cerebrum) manusia terbagi menjadi dua struktur sejenis,
yaitu hemisfer kanan dan kiri. Fungsi hemisfer kanan adalah untuk perkembangan
emosi, komunikasi, seni, dan kreativitas. Sedangkan hemisfer kanan untuk
perkembangan intelegensi, bahasa verbal,
dan pusat logika seperti matematika. Area-area motoric disetiap hemisfer
mengendalikan pergerakan sisi tubuh yang berlawanan. Kedua hemisfer ini
dihubungkan oleh corpus callosum, yaitu
ikatan tebal berisi saraf yang menghubungkan hemisfer kiri dan kanan yang
memampukan kedua hemisfer saling bertukaran informasi. Kedua hemisfer ini
dilapisi oleh korteks serebral (lapisan abu-abu dipermukaan luar otak yang
berbelit-belit untuk meningkatkan luas korteks serebral). Antara hemisfer kanan
dan kiri dihubungkan oleh korpus kolosum
untuk saling bertukar informasi. Korteks serebral dipenuhi sel neuron dan akson
pendek yang tidak berselubung myelin. Korteks serebral memiliki ketebalan 1,5-5
milimeter. Bentuk yang kisut tersebut berfungsi untuk memperbesar luas
permukaan otak tanpa harus meningkatkan ukuran tempurung kepala. Bukit-bukit
yang terlihat diantara lipatan-lipatan disebut gyri. Sedangkan galur-galur
diotak disebut sulci. Sedangkan sulci yang dalam dan mencolok disebut fissure.
Dari kedua hemisfer, dapat dibagi menjadi
menjadi empat lobus :
a.
Lobus frontal,
untuk pemecahan masalah, perilaku, keterampilan motoric
b.
Lobus temporal, untuk pendengaran, pengenalan wajah,
bicara
c.
Lobus parietal, untuk perhitungan, pengolahan
informasi, orientasi spasial, sensasi sentuhan
d.
Lobus oksipital, untuk pemrosesan visual, pengenalan
warna
2. Otak
kecil (cerebellum)
terletak dibagian belakang otak besar yang berfungsi untuk pengatur keseimbangan tubuh.
3. Batang
otak
berfungsi untuk mengatur reflex fisiologis. Contoh kecepatan pernapasan, suhu tubuh,
detak jantung, dll.
3.5. Keterkaitan Psikologi Kognitif
dan Neurosians Kognitif
Psikologi kognitif adalah ilmu
mengenai pemerosesan informasi. Tugas dari ilmu neural (neural science) adalah
menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di otak.
Bagaimana bisanya otak yang tersusun dari jutaan sel-sel saraf individual bisa
menghasilkan perilaku.
Psikologi kognitif
penekanannya adalah pada pikiran,bukan perilaku. Lebih memfokuskan pada
proses-proses memahami ketimbang sekedar merespon stimuli, dan bagaimana
pikiran menyusun atau mengorganisir pengalaman. Untuk memahami proses-proses
berfikir dan cara kerja untuk menghasilkan suatu pikiran, psikologi kognitif
perlu memperdalam maupun mempelajari bagaimana aktivitas otak timbul terutama
berasal dari aktivitas neuron (syaraf). Otak manusia terdiri dari kumpulan massa
neuron yang berfungsi untuk menerima dan kemudian mengirimkan impuls neural ke
ribuan neuron lainnya.Maka dari itu psikologi kognitif sangat berkaitan erat
dengan neurosains kognitif.
Neurosains
Kognitif dan Psikologi Kognitif ada beberapa alasan dibalik hubungan antara
psikologi kognitif dan neurosains kognitif. Alasan ini untuk menemukan
bukti-bukti fisik yang mampu menunjang karakteristik-karakteristik teoritis
pikiran:
Ø
Kebutuhan
para ilmuwan neurosains untuk menemukan model otak dan perilaku yang lebih
kompherensif.
Ø
Kebutuhan
untuk menemukan hubungan antar pathologi otak dan perilaku.
Ø
Penggunaan
model-model neural yang semakin meningkat dalam ilmu kognitif.
Ø
Penggunaan
komputer yang semakin meningkat dalam membuat model fungsi-fungsi neurologis
dan penemuan teknik-teknik yang meningkat kemampuan menggambarkan struktur otak
secara lebih detail.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Neurosains merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan
kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap
pembelajaran. Kerja otak melibatkan aktivitas neuron, dimana impuls listrik
mengalir dari neuron menuju dendrit melalui akson dan berhenti pada ujung akson
yang membentuk sinapsis kemudian dilanjutkan oleh neutransmiter untuk diterima
oleh penerima khusus pada neuron berikutnya. Mekanisme mengingat informasi
diantaranya ialah melakukan penyandian dengan tepat, pengulangan, dan
pemrosesan makna untuk memperpanjang ingatan. Pembelajaran Neurosains memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya salah satunya ialah memberikan suatu pemikiran baru tentang
bagaimana otak manusia bekerja. Salah satu kelemahannya adalah memerlukan waktu
yang panjang untuk memahaminya dan pembelajaran ini masih tergolong baru.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Smith,
E.E., Kosslyn, S.M. 2014. Psikologi
Kognitif. Diterjemahkan oleh: Helly Soejipto&Sri Mulyanti. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
2.
Solso,
R.L dkk. 2008. Psikologi Kognitif.
Alih bahasa : Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
3.
Suyanto,
Slamet. 2012. Hasil Kajian Neuroscience
dan Implikasinya dalam pendidikan. Vol. 1. http://eprints.uny.ac.id/678/
4.
Mandar,
Diana. S. 2011. Peranan Cognitive
Neuroscience dalam Dunia Pendidikan. Vol. 2. http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/view/75#.VubysX3hDtQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar