BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Psikologi Kognitif merupakan cabang
ilmu Psikologi yang mempelajari
bagaimana proses pemrosesan informasi serta bagaimana informasi tersebut
disimpan di dalam otak, dan bagaimana proses-proses tersebut ditampilkan dalam
bentuk perilaku. Psikologi kognitif mencakup keseluruhan proses psikologis dan
bersilangan dengan berbagai bidang perilaku yang beragam. Proses psikologis
tersebut terdiri atas sensasi dan persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran,
belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, kecerdasan, serta emosi.
Salah satu proses tersebut adalah
persepsi dan sensasi. Persepsi merupakan sebuah proses pengamatan terhadap
suatu objek yang melibatkan panca indera manusia. Panca indera akan
menginterpretasi berdasarkan stimulus-stimulus yang diterima. Proses persepsi
melibatkan tingkat kognisi yang sangat tinggi untuk melakukan proses
interpretasi terhadap informasi sensorik. Sedangkan sensasi adalah proses
pendeteksian dini terhadap stimulus. Atensi merupakan pemusatan upaya mental
pada kejadian-kejadian sensorik atau kejadian-kejadian mental.Teori mengenai
atensi banyak dijelaskan oleh beberapa tokoh.
Hasil dari proses pemrosesan informasi di
dalam otak akan disimpan sebagai memori. Memori dapat digali kembali pada saat
manusia memanggil kembali memori tersebut.Namun tidak semua memori di dalam
otak manusia dapat diingat kembali, terutama memori-memori yang sudah lama
disimpan dan tertutup oleh informasi-informasi baru.
Proses menginterpretasi suatu objek
berbeda-beda pada manusia, bergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki oleh individu tersebut.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
a.
Bagaimana
proses terjadinya persepsi?
b.
Bagaimana
perbedaan antara persepsi dengan sensasi?
c.
Bagaimana
perbedaan penyimpanan ikonik dan echoic?
d.
Bagaimana
proses terjadinya atensi?
e.
Bagaimana
proses terjadinya pemrosesan informasi otomatis?
f.
Apa
saja faktor yang mempengaruhi persepsi?
1.3 TUJUAN
Tujuan
berdasarkan rumusan masalah di atas antara lain :
a.
Untuk
menjelaskan proses terjadinya persepsi.
b.
Untuk
menjelaskan perbedaan antara persepsi dengan sensasi.
c.
Untuk
menjelaskan perbedaan penyimpanan ichoic dan echoic.
d.
Untuk
menjelaskan proses terjadinya atensi.
e.
Untuk
menjelaskan proses terjadinya pemrosesan informasi otomatis.
f.
Untuk
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.SENSASI
1.1 Pengertian Sensasi
Sensasi (sensation)
berasal dari bahasa latin : sensatus, yang artinya dianugerahi dengan
indra, atau intelek. Atau Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi
merupakan tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Sensasi adalah proses
manusia dalam menerima informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan)
melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal
neural yang bermakna. Proses penginderaan itu melalui rangsang dari inderawi.
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi dari
lingkungan luar.
Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994)
menyebutkan sensasi sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indra.
Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer
yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam
menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, manusia
dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat
indralah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemapuan untuk berinteraksi
dengan dunianya. Tanpa alat indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih
dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas ( Lefrancois, 1974, dalam rahmat, 1994
).
Jadi, sensasi merupakan penerimaan stimulus (rangsangan)
melalui indera, dan sensasi lebih cenderung hubungannya dengan perasaan. Dan
alat penginderaan itulah yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Sensasi itu sebagai proses atau pengalaman elementer yang timbul apabila satu
perangsang merangsang satu reseptor atau proses merasakan.
1.2 Indera Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya
penginderaan. Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima
informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Alat indera yang kita kenal ada 5 macam , yaitu indera penglihatan, indera
pendengaran, peraba, pengecap, dan pembau.
Indera
penglihatan (mata)
Penglihatan merupakan alat indera yang melalui mata
sebagai penerima rangsangannya. Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi
cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui
apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Dalam proses
penglihatan, kita membutuhkan cahaya untuk menerjemahkan hasil penglihatan.
Cahaya adalah satu bagian kecil dari bentuk energi yang kita ketahui sebagai
radiasi elektromagnetik. energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata. Cahaya dapat di lihat melalui mata. Dari mata, lanjut ke medan receptive
kemudian melewati jalur visual dan akhirnya ke visual cortex. Dalam penyerapan
informasi melalui mata, ada beberapa jenis warna yang menjadi deskripsi dalam
menyerap informasi. Yang pertama adalah warna primer, yaitu warna yang mendasar
seperti warna merah, hijau, dan biru. Selanjutnya adalah warna sekunder, yaitu
gabungan dari warna primer yang lebih terangseperti kuning cyan dan magenta.
Ada juga warna tersier, yaitu gabungan dari kedua warna primer dan warna
sekunder seperti warna orange, rass berry, ungu, dan lain-lain. Adapun gangguan
pada penglihatan seperti dari etiologi, genetic, kerusakan mata dan otak. Ada
dua tipe ketidak mampuan penglihatan yaitu Total color blindness, tidak dapat
membedakan semua warna. Dan Partial color blindness, disini masih dibagi dalam
dua tipe yaitu tidak dapat membedakan warna biru-kuning dan merah-hijau.
Indera
pendengaran (telinga)
Pendengaran merupakan alat indera yang melalui telinga
sebagai alat bantunya. Telinga merupakan indera pendengar dan alat
keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga
tengah dan rongga telingga dalam. Telinga berfungsi untuk mendengar suara-suara
yang ada disekitar kita.
Suara adalah gelombang mekanis yang merupakan osilasi
tekanan ditularkan melalui, gas padat cair, atau, terdiri dari frekuensi dalam
kisaran pendengaran dan dari tingkat cukup kuat untuk didengarkan. Warna suara
menunjukkan sumber bunyi. Kemampuan manusia membedakan warna suara sangat
memperkaya pengalamannya. Ada pula yang disebut hearing persepsion diantaranya:
Plasticity yaitu area cortex pendengaran dipengaruhi oleh penggunaan. Semakin
sering penggunaan à semakin banyak jaringan neuron, ex: Musisi memiliki area
pemrosesan auditory yang lebih besar daripada orang kebanyakan. Auditory
fatique yaitu kehilangan kemampuan auditory sementara karena eksposure
auditoris kuat yang konstan/lama à neuron auditoris overworked dan istirahat
(refractory). Threshold shift yaitu berkurangnya sensitivitas terhadap stimulus
auditoris yang bersifat sementara atau permanen à hearing problems. Dan yang
terakhir adalah Auditory problems.
Indera peraba
(kulit)
Peraba, indera ini melalui kulit sebagai penerimanya.
Kulit yang paling peka adalah ujung jari dan bibir. Kulit memiliki dua lapisan
yaitu lapsan epidermis dan lapisan dermis. Di kulit rangsangan perabanya adalah
tekanan, suhu,sakit atau nyeri, dan gerakan. Kulit merupakan sensati terhadap
suatu lingkungan.
Kulit adalah bagian paling luar dari jaringan tubuh kita
lapisan terluar tubuh manusia. Kulit membungkus tubuh kita. Pada saat kulit
terkelupas, rasa perih menyengat. Hal
itu menunjukkan betapa kulit, selain membungkus tubuh, juga memberikan
perlindungan bagi jaringan jaringan di bawahnya. Pada kulit terdapat
ujung-ujung saraf sensorik sebagai reseptor khusus untuk sentuhan tekanan,
temperature serta rasa sakit. Sebagian besar reseptor terletak pada lapisan
dermis dan ada juga yang terletak pada lapisan epidermis. Kepekaan peraba pada
manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.
Indera
penciuman (hidung)
Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi
rangsang berupa bau atau zat kimiayang berupa gas.di dalam rongga hidung
terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel
pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dandiliputi
oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung. Epithellium
olfactorypada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan
sensasi bau. Penciuman: penciuman merupakan alat penginderaan melalui hidung
yang kemudian diterima oleh reseptor dan dilanjutkan ke otak. Ada enam bau
utama yang mudah diterima oleh alat indera yaitu, bau rempah: cengkeh, bau
harum: vanili, bau eteris: jeruk, eter, sereh, bau damar: terpentin, bau busuk:
telur busuk.
Indera pengecap
(lidah)
Perasa yaitu penginderaan melalui lidah. Lidah merupakan
reseptor yang banyak memiliki stuktur tunas pengecap. Lidah mempunyai reseptor
khusus yang berhubungan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yanh tersusun
dari otot. Lidah kita dapat merasakan berbagai macam rasa diantaranya ,yaitu
rasa manis , asin, asam dan pahit.
Kepekaan pada rasa pahit yang paling peka yang dapat
diterima oleh indera perasa. Indera perasa berhubungan dengan indera penciuman,
misalnya jika kita sedang sakit flu, maka semua rasa akan terasa hambar. Ada
juga beberapa faktor yang mempengaruhi perasa yaitu, genetik, usia, dan kultur.
Lidah dalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut
yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah
dikenal sebagai indera engecap yang banyak memiliki struktur unas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara. Juga membantu membolak balik makanan
dalam mulut.
1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sensasi
Bagian penting dari teori deteksi sinyal yang berpengaruh
besar terhadap psikologi adalah implikasinya dalam pembelajaran ambang
penginderaan. Berdasarkan teori tersebut
disimpulkan bahwa ambang penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ambang penginderaan adalah :
(a) kekuatan sinyal;
(b) sifat-sifat tugas/pekerjaan;
(c) harapan individu;
(d) konsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau
hukuman;
(e) norma/standar/ukuran yang dikenakan individu.
Pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
ambang penginderaan manusia di atas memungkinkan kita untuk memahami mengapa
dan bagaimana individu hanya menerima stimulus/informasi tertentu darin sekian
banyak
1.4 Teori Sensasi
Sensasi (sensation) mengacu pada pendeteksian dini
terhadap energi dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umunya berkaitan
dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. beserta stimulasi yang
mempengaruhi mekanisme-mekanisme tersebut.
Deteksi energi fisik yang di hasilkan atau di pantulkan
oleh benda-benda fisik, sel-sel tubuh yang melakuakan penderteksi ini, organ
inderawi ( mata, telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses
penginderaan menyadarkan kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen
kesadaran yang lain. Tanpa sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti
sesungguhnya dunia nyata.Tapi untuk membuat dunia yang mendera indera kita
menjadi sesuatu yang masuk akal.
-Sensasi Normal
Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap
pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan erat
dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar
stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari
individu.
-Sensasi Murni
Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh,
betapapun asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya yang telah kita lihat sebelumnya.sensasi
murni itu terjadi mungkin dalam peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan
untuk pertama kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba
dapat melihat (Mahmud, 1990:41)
1.5 Proses Sensasi
Sistem saraf mengubah pesan pesan menjadi kode salah satu
kode yaitu kode anatomis. Pertama kali diperkenalkan pada 1826 oleh seorang
ahli fisiologi Johannes Muller sebagai doktrin energy syaraf spesifik. Menurut
doktrin, berbagai modalitas sensorik yang berbeda muncul karena sinyal yang
diterima oleh organ indera merangsang beragam jalan syaraf yang menuju area
otak yang beragam pula. Sinyal dari mata menyebabkan impils berjalan sepanjang
saraf optik, menuju ke korteks visual.sinyal dari telinga. Sinyal dari telinga
menyebabkan impuls berjalan dari saraf auditoris menuju ke korteks auditoris.
Gelombang cahaya dan suara menghasilkan sensasi berbeda karena adanya perbedaan
anatomi ini.
Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli.
Serta Sensasi merupakan unsur-unsur
pengalaman pancaindera yang disebabkan perangsang-perangsang diluar manusia,
yaitu cahaya, suara, bau, manis dan sebagainya. Dan hanya sensasi yang mampu
kita indralah yang akhirnya diproseskan oleh reseptor dan oleh pemrosesan
kognitif tingkat tinggi.Sistem sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan
manerima sensasi, sehingga dengan sendirinya pengetahuan kita tentang dunia pun
terbatas. Konsep kita mengenai proses perseptual bahwa pendeteksian dan
penginterpretasian sinyal-sinyal sensori, di tentukan oleh energi stimulus yang
dideteksi oleh sistem-sistem sensorik dan oleh otak dan hasil pemrosesan
disimpan dimemori dalam bentuk pengetahuan (knowledge), yang akan digunakan kelak
dalam suatu kejadian nyata.
2.
PERSEPSI
Persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio,
percipio yang berarti tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.
Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari
stimulasi fisik atau kimia dari alat indera. Seperti misalnya penglihatan yang
merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media
molekul bau (aroma), pendengaran yang melibatkan gelombang suara, pengecap yang
melibatkan lidah sebagai indera perasa, dan indera peraba yang melibatkan kulit
sebagai media yang salah satunya bisa merasakan rasa sakit.
Persepsi menurut para ahli
merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan
diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh
individu, sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di
sekitarnya (Bimo Walgito). Sedangkan menurut Davidoff, persepsi merupakan
proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme
atau individu, sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas
yang terintegrasi dalam diri individu.
Dalam kehidupan di dunia
ini, setiap individu pasti memiliki perbedaan antar individu satu dengan yang
lain. Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual,
maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg,
1967). Adanya perbedaan ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi
objek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya, sebagian besar sikap,
tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Hasil interaksi
antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada
individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan
itu dalam psikisnya sendiri. Faktor-faktor pengaruh itu, dapat bersifat
biologis, sosial, dan psikologis.
Persepsi terjadi jika
individu mengalami sensasi yang ditimbulkan dari lingkungan eksternal maupun
internal individu tersebut. Presepsi muncul ketika objek-objek eksternal di
lingkungan sekitar memengaruhi struktur medium informasi yang ujung-ujungnya
memengaruhi reseptor-reseptor inderawi individu, sehingga mengarahkan atensi
kita kepada pengidentifikasian objek tersebut secara internal.
2.1 Faktor yang Memengaruhi Persepsi
Persepsi timbul karena faktor-faktor
yang melatar belakangi terjadinya
persepsi tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi yang dimiliki oleh
tiap individu adalah sebagai berikut
·
Perhatian
Setiap individu pasti memiliki fokus
atensi yang berbeda-beda jika dihadapkan dengan suatu situasi maupun kondisi
dalam hidupnya. Hal inilah yang terkadang menjadi latar belakang masing-masing
individu mengapa mereka memiliki atensi atau perhatian yang berbeda-beda.
·
Set
Set merupakan harapan seseorang akan
rangsang yang akan timbul. Perbedaan setantara orang yang satu dengan orang
yang lain akan dapat menyebabkan perbedaan persepsi walaupun mereka dihadapkan
pada set yang sama.
·
Kebutuhan
Setiap orang memiliki kebutuhan masing-masing
yang mana menjadikan masing-masing individu memiliki persepsi yang berbeda
terhadap suatu objek. Setiap orang juga memiliki kebutuhan maupun keinginan
masing-masing yang mana menjadikan setiap individu memiliki persepsi yang
berbeda.
·
Sistem
nilai
Sistem nilai yang berlaku pada
masyarakat akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang mempersepsikan suatu
objek. Sistem nilai ini berkaitan erat juga dengan sistem nilai yang dipakai
oleh sebagian orang yang berada di lingkungan sekitar orang tersebut.
·
Ciri
kepribadian
Ciri kepribadian juga akan
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan suatu objek. Dua orang dengan
ciri kepribadian yang berbeda dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap
sebuah objek yang sama.
·
Gangguan
kejiwaan
Setiap orang yang terkena gangguan
kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.
Halusinasi inipun bersifat individual, sehingga setiap orang akan memiliki
persepsi yang berbeda terhadap suatu objek. Setiap gangguan kejiwaan yang
diderita oleh individu memiliki karakteristik maupun ciri-ciri yang berbeda
yang mana menjadikan persepsi yang dimiliki oleh individu berbeda pula.
2.2 Objek dalam Persepsi
Objek menimbulkan stimulus
yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari lingkungan eksternal
maupun internal individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor. Tetapi, sebagian besar stimulus yang
menyebabkan terjadinya persepsi datang dari faktor eksternal individu.
2.3 Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat
dijelas sebagai berikut :
Sel reseptor pada
alat indera
|
Stimulus
|
Syaraf Sensorik
|
Otak
|
Individu sadar
ada stimulus
|
Objek menimbulkan stimulus,dan
stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat
indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh
alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut
sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat
kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba,
dirasakan, ataupun diciumnya.
Proses yang terjadi diotak atau dalam
pusat kesadaran inilah yang disebut proses psikologis.Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari
tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba
yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir
dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.
Dalam proses persepsi perlu adanya
perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena
keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja,
tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh faktor
eksternal maupun internal.
2.4 Organisasi Persepsi
Setiap
individu memiliki sistem pengorganisasian persepsi yang berbeda-beda. Dalam
sistem organisme tiap individu bisa saja berbeda dalam hal apa yang akan
dipersepsikan terlebih dahulu, bagian mana yang perlu mendapat atensi lebih
banyak dalam proses persepsi tiap individu, baru kemudian keseluruhan proses
persepsi atau bisa saja sebaliknya, keseluruhan terlebih dahulu baru tentang
bagian-bagian dalam penerimaan stimulus sebagai bentuk proses persepsi
tersebut. Ada dua teori yang menjelaskan tentang persepsi yang berlawanan,
yaitu :
1. Teori Elemen
Menurut
teori ini dalam individu mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi mula adalah
bagian-bagiannya baru kemudian keseluruhan. Pada bagian-bagian itu diberikan
atensi atau perhatian yang lebih sebagai bentuk proses persepsi tiap individu
tergantung pada sistem organisasi yang dimilikinya.
2. Teori Gestalt
Layaknya
aliran psikologi gestalt yang salah satunya dianut oleh Wolfgang Kohler, sistem
organisasi persepsi menurut teori ini adalah ketika seseorang mempersespsi
sesuatu maka yang dipersepsi terlebih dahulu adalah keseluruhannya, atau
gestaltnya baru kemudian bagian-bagiannya.
Organisasi
persepsi ini dilatarbelakangi oleh beberapa prinsip. Prinsip tersebut adalah :
·
Hukum
Gestalt
·
Analisis
Feature
·
Top
Down dan Bottom Up Proccesing
2.5 Kekonstanan Persepsi
Kekonstanan
presepsi muncul ketika presepsi mengenai sebuah objek masih tetap sama meskipun
pencerapan proksimal kita tentang objek distal berubah (Gillam, 2000).
Karakteristik fisik dari objek distal mungkin tidak berubah tetapi karena
individu bisa menghadapi dunia eksternal secara efektif, maka sistem presepsi
kita tampaknya memiliki sejumlah mekanisme yang dapat menyesuaikan presepsi
dengan stimulus proksimal tersebut. Oleh karena itu, presepsi kita masih tetap
konstan meskipun pencerapan proksimal berubah.
Kekonstanan
presepsi dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Kekonstanan
Ukuran
Kekonstanan
ukuran adalah presepsi tentang sebuah objek yang masih terlihat memiliki ukuran
yang sama meskipun sudah terjadi perubahan-perubahan dalam ukuran stimulus
proksimal.
2.
Kekonstanan
Bentuk
Kekonstanan
bentuk adalah presepsi bahwa sebuah objek memiliki bentuk yang sama meskipun
terjadi perubahan-perubahan bentuk di dalam stimulus proksimal.
3. PENYIMPANAN
IKONIK
Neisser (1967) menjelaskan bahwa kemampuan kesan-kesan
visual untuk menetap selama jangka waktu singkat sehingga dapat diproses lebih
lanjut merupakan pengertian dari penyimpanan ikonik. Memori ikonik melibatkan
proses penyimpanan, namun terpisah dari proses-proses kognitif tingkat tinggi.
Banyak peneliti menemukan bahwa informasi yang diindera direpresentasikan
dengan akurat dalam memori ikonik, namun menghilang dengan cepat (sekitar 250
milidetik hingga 4 detik) jika tidak dikirimkan ke tahap-tahap pemrosesan
selanjutnya.
George Sperling (1960) memberikan
argument bahwa jika ikon atau kesan visual sedang memudar saat partisipan
berusaha melaporkan seluruh huruf dalam penyimpanan ikoniknya, maka partisipan
mungkin hanya melaporkan sebagian dari keseluruhan huruf tersebut. Sperling
mengasumsikan bila ia dapat menyusun sebuah cara untuk menguji memori parsial
atau bagian dari memori ikonik, ia dapat menghitung ukuran penyimpanan ikonik
yang sesungguhnya. Sperling mengembangkan suatu teknik pelaporan-parsial (partial-report technique) yang
didalamnya seorang partisipan ditunjukkan satu daftar huruf, selama 50
milidetik. Huruf-huruf tersebut adalah sebagai berikut :
R G C
L X N
S B J
Persentase huruf yang diingat partisipan
dengan tepat menurun seiring jeda pembunyian isyarat auditorik. Setelah jeda
0,5 detik, kinerja menurun menjadi sama dengan eksperimen dimana partisipan
harus mengingat sembilan huruf sekaligus (whole-report
performance).
4.PENYIMPANAN EKHOIK
Penyimpanan
ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam dua hal, yaitu :
1.
Informasi
sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan agar informasi mentah tersebut
dapat diolah lebih lanjut.
2.
Jangka
waktu penyimpanannya sangatlah singkat yaitu sekitar 250 milidetik hingga 4
detik.
Seperti penyimpanan
ikonik, yang berfungsi menyediakan waktu tambahan untuk mengamati stimuli yang
menghilang dari penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan untuk
mendengarkan pesan. Kegunaan penyimpanan ekhoik menjadi jelas saat
mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana.
Impuls-impuls auditorik yang diindera sebagai percakapan akan bertambah
jumlahnya seiring berlalunya waktu. Informasi yang terkandung dalam satu bagian
kecil percakapan, musik, atau bunyi-bunyian lain tidak akan bermakna kecuali
ditempatkan dalam konteks yang tepat, bersama suara-suara lain. Penyimpanan
ekhoik berfungsi menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi
auditorik dapat dipahami.
Untuk menguji keberadaan
memori ekhoik, Moray, Bates, dan Barnet (1965) menggunakan peralatan stereo
dengan speaker ganda untuk menghasilkan stimulasi auditorik (hampir sama dengan
metode penelitian Sperling). Hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh Moray
dan rekan-rekannya mengindikasikan bahwa kemampuan mengingat pada metode
pelaporan parsial (dengan menggabungkan isyarat cahaya dengan suara) jauh lebih
baik disbanding metode pelaporan penuh (whole-report, yakni tanpa menggunakan
isyarat pembantu).Hasil ini diinterpretasikan sebagai dukungan terhadap gagasan
bahwa informasi auditorik juga disimpan selama beberapa saat dalam penyimpanan
sensorik.
5. ATENSI
Atensi
merupakan pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau
peristiwa-peristiwa mental. Penelitian terhadap atensi mencakup lima aspek
utama yaitu :
a.
Kapasitas
pemrosesan dan seletivitas. Kita dapat memperhatikan sejumlah stimuli eksternal
dari dunia eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh stimuli yang
ada.
b.
Kendali.
Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.
c.
Pemrosesan
otomatis. Sejumlah besar proses rutin telah menjadi proses yang amat familiar
sehingga hanya memerlukan sedikit atensi sadar dan dapat dilakukan secara
otomatis.
d.
Neurosains
kognitif. Otak dan system saraf pusat adalah pendukung anatomis bagi atensi.
e.
Kesadaran.
Atensi membawa peristiwa-peristiwa kea lam kesadaran.
5.1 MODEL-MODEL ATENSI SELEKTIF
a.
Model
Penyaringan : Broadbent
Broadbent
(1958) menjelaskan bahwa model penyaringan berhubungan dengan teori saluran
tunggal yang menyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh
kapasitas saluran yang tersedia.Broadbent memberikan argument bahwa pesan-pesan
yang dikirimkan melalui saraf tertentu dibedakan berdasarkan serabut saraf yang
distimuli atau jumlah impuls saraf yang dihasilkan. Artinya, ketika sejumlah
serabut saraf menembakkan impuls secara bersamaan, dapat dipastikan terdapat
sejumlah pesan sensorik berbeda-beda yang akan tiba di otak secara bersamaan.
Dalam model
Broadbent, informasi diproses melalui sejumlah saluran sensorik yang paralel.
(Saluran-saluran tersebut diasumsikan memiliki kode-kode neural yang
berbeda-beda dan dapat dipilih berdasarkan kode-kode tersebut.Sebagai contoh,
sebuah sinyal berfrekuensi tinggi dan sebuah sinyal berfrekuensi rendah yang
dibunyikan secara bersamaan dapat dibedakan oleh otak karena memiliki
karakteristik fisik yang berbeda, meskipun kedua sinyal tersebut mencapai otak
pada saat yang bersamaan).Pemrosesan informasi yang lebih lanjut hanya terjadi
setelah sinyal diproses melalui sebuah penyaring selektif, yang menyaring
informasi ke dalam saluran yang memiliki kapasitas terbatas.Jumlah informasi
yang memasuki sistem jauh lebih besar daripada jumlah informasi yang dapat
diproses oleh saluran yang berkapasitas tersebut.Broadbent mempostulatkan
bahwa, untuk menghindari overloading pada system, penyaring selektif diaktifkan
di segala saluran sensorik.
Manusia
memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas. Untuk dapat memaknai apa
yang kita dengar, otak harus memusatkan pada satu jenis impuls (berdasarkan
karakteristik fisik impuls tersebut), sebagaimana penyaring elektrik dalam
suatu instrumen audio dapat mendeteksi pesan (impuls elektrik) dalam frekuensi
tertentu dan mengirimkan pesan-pesan tersebut ke speaker. Ketika situasi
mengharuskan, kita dapat memindah atensi kita ke saluran lain. Meski demikian,
jika pemilihan saluran bergantung hanya pada karakteristik fisik dari sinyal (stimuli),
sebagaimana yang dipostulatkan Broadbent, maka pemindahan atensi tentunya tidak
berhubungan dengan isi pesan yang bersangkutan.
b.
Model
Atenuasi : Treisman
Sebuah
permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan model penyaringan Broadbent adalah
perihal pendeteksian informasi bermakna melalui sebuah saluran yang diabaikan
(saluran yang tidak mendapatkan atensi).Teorinya mempostulatkan bahwa
penyaringan selektif terkadang memungkinkan satu atau dua kata yang memiliki
probabilitas kemunculan yang tinggi sesuai konteks diproses dalam saluran yang
diabaikan.
Treisman
mengajukan gagasan bahwa dalam kamus partisipan (penyimpanan kata dalam
memori), beberapa kata atau kalimat memiliki ambang aktivasi yang lebih
rendah.Beberapa kata penting dapat dikenali jauh lebih mudah daripada
sinyal-sinyal yang kurang penting.
Treisman
berpendapat bahwa penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal berdasarkan
karakteristik fisik kasar dan selanjutnya penyaring-penyaring yang lebih
canggih mengevaluasi sinyal berdasarkan makna.Penyaringan awak dilaksanakan
oleh atenuator, yakni penyaring perseptual-sebuah alat yang mengendalikan
kuantitas pesan dan menjembatani sinyal dan pemrosesannya secara verbal. Model
Treisman mengandung gagasan bahwa”pesan-pesan yang tidak relevan” didengarkan
oleh telinga yang “tumpul”, namun tidak “tuli”.
5.2 ATENSI VISUAL
Treisman dan Julesz mengajukan
hipotesis bahwa dua proses yang berbeda bekerja dalam atensi visual. Dalam
tahap pertama, terdapat proses awal, proses praatentif yang memindai medan
penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-ciri utama objek, seperti ukuran,
warna, orientasi (arah), dan gerakan, bila ada. Kemudian, menurut Treisman,
ciri-ciri yang berbeda tersebut disandikan dalam peta fitur, yang terletak di
area-area yang berbeda di korteks.
5.3 PEMROSESAN OTOMATIS
Setiap orang menghadapi stimuli tak
terhitung jumlahnya saat secara bersamaan melakukan beberapa tugas
sekaligus.Aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan menjadi otomatis sehingga
memerlukan atensi lebih sedikit dibandingkan melakukan aktivitas yang baru,
atau aktivitas yang belum dikuasai.
Agar
pemrosesan secara otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan Synder
(1974, 1975), yang menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis :
a.
Pemrosesan
otomatis terjadi tanpa ada niat sadar.
b.
Pemrosesan
otomatis tersembunyi dari kesadaran.
c.
Pemrosesan
otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya sadar atau bahkan tidak
menggunakan sumber daya sadar sama sekali.
BAB
III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Sensasi adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris (energi
fisik dari lingkungan) melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi
tersebut menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna. Proses penginderaan itu
melalui rangsang dari inderawi. Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal
dalam penerimaan informasi dari lingkungan luar. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri
individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari
dan dimengerti oleh individu, sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri
dan keadaan di sekitarnya. Persepsi
terjadi jika individu mengalami sensasi yang ditimbulkan dari lingkungan
eksternal maupun internal individu tersebut. Presepsi muncul ketika objek-objek
eksternal di lingkungan sekitar memengaruhi struktur medium informasi yang
ujung-ujungnya memengaruhi reseptor-reseptor inderawi individu, sehingga
mengarahkan atensi kita kepada pengidentifikasian objek tersebut secara
internal. Sedangkan atensi
merupakan pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau
peristiwa-peristiwa mental.
DAFTAR
PUSTAKA
Solso,
Robert L, Otto H. Maclin dan M. Kimberly Maclin.2002.Psikologi Kognitif 8th Ed. Jakarta : Erlangga
Wade,
Carole dan Carol Tavris.2004.Psikologi 9th Ed jilid 1. Jakarta:Erlangga
Walgito,
Bimo.1980.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:penerbit Andi
Karyono,
M.si.2009.Pengantar Psikologi Kognitif.Semarang:Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang
Sternberg
Robert J.2008. Psikologi Kognitif 4th Ed.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.