Kamis, 07 April 2016

Persepsi, Atensi dan Sensasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Psikologi Kognitif merupakan cabang ilmu Psikologi yang  mempelajari bagaimana proses pemrosesan informasi serta bagaimana informasi tersebut disimpan di dalam otak, dan bagaimana proses-proses tersebut ditampilkan dalam bentuk perilaku. Psikologi kognitif mencakup keseluruhan proses psikologis dan bersilangan dengan berbagai bidang perilaku yang beragam. Proses psikologis tersebut terdiri atas sensasi dan persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, kecerdasan, serta emosi.
Salah satu proses tersebut adalah persepsi dan sensasi. Persepsi merupakan sebuah proses pengamatan terhadap suatu objek yang melibatkan panca indera manusia. Panca indera akan menginterpretasi berdasarkan stimulus-stimulus yang diterima. Proses persepsi melibatkan tingkat kognisi yang sangat tinggi untuk melakukan proses interpretasi terhadap informasi sensorik. Sedangkan sensasi adalah proses pendeteksian dini terhadap stimulus. Atensi merupakan pemusatan upaya mental pada kejadian-kejadian sensorik atau kejadian-kejadian mental.Teori mengenai atensi banyak dijelaskan oleh beberapa tokoh.
 Hasil dari proses pemrosesan informasi di dalam otak akan disimpan sebagai memori. Memori dapat digali kembali pada saat manusia memanggil kembali memori tersebut.Namun tidak semua memori di dalam otak manusia dapat diingat kembali, terutama memori-memori yang sudah lama disimpan dan tertutup oleh informasi-informasi baru.
Proses menginterpretasi suatu objek berbeda-beda pada manusia, bergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh individu tersebut.

1.2  RUMUSAN MASALAH
a.    Bagaimana proses terjadinya persepsi?
b.    Bagaimana perbedaan antara persepsi dengan sensasi?
c.    Bagaimana perbedaan penyimpanan ikonik dan echoic?
d.    Bagaimana proses terjadinya atensi?
e.    Bagaimana proses terjadinya pemrosesan informasi otomatis?
f.     Apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi?

1.3  TUJUAN
Tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas antara lain :
a.    Untuk menjelaskan proses terjadinya persepsi.
b.    Untuk menjelaskan perbedaan antara persepsi dengan sensasi.
c.    Untuk menjelaskan perbedaan penyimpanan ichoic dan echoic.
d.    Untuk menjelaskan proses terjadinya atensi.
e.    Untuk menjelaskan proses terjadinya pemrosesan informasi otomatis.
f.     Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi.


















BAB II
PEMBAHASAN

1.SENSASI
1.1 Pengertian Sensasi
Sensasi (sensation)  berasal dari bahasa latin : sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek. Atau Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi merupakan tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Sensasi adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna. Proses penginderaan itu melalui rangsang dari inderawi. Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi dari lingkungan luar.

Benyamin B. Wolman (1973, dalam rakhmat, 1994) menyebutkan sensasi sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.

Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”

Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indra, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indralah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemapuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indra, manusia sama, bahkan mungkin rendah lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindra cahaya dan humiditas  ( Lefrancois, 1974, dalam rahmat, 1994 ).   

Jadi, sensasi merupakan penerimaan stimulus (rangsangan) melalui indera, dan sensasi lebih cenderung hubungannya dengan perasaan. Dan alat penginderaan itulah yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi itu sebagai proses atau pengalaman elementer yang timbul apabila satu perangsang merangsang satu reseptor atau proses merasakan.

      1.2 Indera Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya penginderaan. Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan tertentu. semua organisme memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Alat indera yang kita kenal ada 5 macam , yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, peraba, pengecap, dan pembau.

    Indera penglihatan (mata)

Penglihatan merupakan alat indera yang melalui mata sebagai penerima rangsangannya. Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Dalam proses penglihatan, kita membutuhkan cahaya untuk menerjemahkan hasil penglihatan. Cahaya adalah satu bagian kecil dari bentuk energi yang kita ketahui sebagai radiasi elektromagnetik. energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata. Cahaya dapat di lihat melalui mata. Dari mata, lanjut ke medan receptive kemudian melewati jalur visual dan akhirnya ke visual cortex. Dalam penyerapan informasi melalui mata, ada beberapa jenis warna yang menjadi deskripsi dalam menyerap informasi. Yang pertama adalah warna primer, yaitu warna yang mendasar seperti warna merah, hijau, dan biru. Selanjutnya adalah warna sekunder, yaitu gabungan dari warna primer yang lebih terangseperti kuning cyan dan magenta. Ada juga warna tersier, yaitu gabungan dari kedua warna primer dan warna sekunder seperti warna orange, rass berry, ungu, dan lain-lain. Adapun gangguan pada penglihatan seperti dari etiologi, genetic, kerusakan mata dan otak. Ada dua tipe ketidak mampuan penglihatan yaitu Total color blindness, tidak dapat membedakan semua warna. Dan Partial color blindness, disini masih dibagi dalam dua tipe yaitu tidak dapat membedakan warna biru-kuning dan merah-hijau.

    Indera pendengaran (telinga)

Pendengaran merupakan alat indera yang melalui telinga sebagai alat bantunya. Telinga merupakan indera pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan rongga telingga dalam. Telinga berfungsi untuk mendengar suara-suara yang ada disekitar kita.

Suara adalah gelombang mekanis yang merupakan osilasi tekanan ditularkan melalui, gas padat cair, atau, terdiri dari frekuensi dalam kisaran pendengaran dan dari tingkat cukup kuat untuk didengarkan. Warna suara menunjukkan sumber bunyi. Kemampuan manusia membedakan warna suara sangat memperkaya pengalamannya. Ada pula yang disebut hearing persepsion diantaranya: Plasticity yaitu area cortex pendengaran dipengaruhi oleh penggunaan. Semakin sering penggunaan à semakin banyak jaringan neuron, ex: Musisi memiliki area pemrosesan auditory yang lebih besar daripada orang kebanyakan. Auditory fatique yaitu kehilangan kemampuan auditory sementara karena eksposure auditoris kuat yang konstan/lama à neuron auditoris overworked dan istirahat (refractory). Threshold shift yaitu berkurangnya sensitivitas terhadap stimulus auditoris yang bersifat sementara atau permanen à hearing problems. Dan yang terakhir adalah Auditory problems.

    Indera peraba (kulit)

Peraba, indera ini melalui kulit sebagai penerimanya. Kulit yang paling peka adalah ujung jari dan bibir. Kulit memiliki dua lapisan yaitu lapsan epidermis dan lapisan dermis. Di kulit rangsangan perabanya adalah tekanan, suhu,sakit atau nyeri, dan gerakan. Kulit merupakan sensati terhadap suatu lingkungan.

Kulit adalah bagian paling luar dari jaringan tubuh kita lapisan terluar tubuh manusia. Kulit membungkus tubuh kita. Pada saat kulit terkelupas, rasa perih   menyengat. Hal itu menunjukkan betapa kulit, selain membungkus tubuh, juga memberikan perlindungan bagi jaringan jaringan di bawahnya. Pada kulit terdapat ujung-ujung saraf sensorik sebagai reseptor khusus untuk sentuhan tekanan, temperature serta rasa sakit. Sebagian besar reseptor terletak pada lapisan dermis dan ada juga yang terletak pada lapisan epidermis. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.

    Indera penciuman  (hidung)

Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimiayang berupa gas.di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dandiliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung. Epithellium olfactorypada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi bau. Penciuman: penciuman merupakan alat penginderaan melalui hidung yang kemudian diterima oleh reseptor dan dilanjutkan ke otak. Ada enam bau utama yang mudah diterima oleh alat indera yaitu, bau rempah: cengkeh, bau harum: vanili, bau eteris: jeruk, eter, sereh, bau damar: terpentin, bau busuk: telur busuk.

 Indera pengecap (lidah)

Perasa yaitu penginderaan melalui lidah. Lidah merupakan reseptor yang banyak memiliki stuktur tunas pengecap. Lidah mempunyai reseptor khusus yang berhubungan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yanh tersusun dari otot. Lidah kita dapat merasakan berbagai macam rasa diantaranya ,yaitu rasa manis , asin, asam dan pahit.

Kepekaan pada rasa pahit yang paling peka yang dapat diterima oleh indera perasa. Indera perasa berhubungan dengan indera penciuman, misalnya jika kita sedang sakit flu, maka semua rasa akan terasa hambar. Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi perasa yaitu, genetik, usia, dan kultur.

Lidah dalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera engecap yang banyak memiliki struktur unas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara. Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut.

   1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sensasi

Bagian penting dari teori deteksi sinyal yang berpengaruh besar terhadap psikologi adalah implikasinya dalam pembelajaran ambang penginderaan.  Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa ambang penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor yang mempengaruhi ambang penginderaan adalah :

(a) kekuatan sinyal;

(b) sifat-sifat tugas/pekerjaan;

(c) harapan individu;

(d) konsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau hukuman;

(e) norma/standar/ukuran yang dikenakan individu.

Pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi ambang penginderaan manusia di atas memungkinkan kita untuk memahami mengapa dan bagaimana individu hanya menerima stimulus/informasi tertentu darin sekian banyak


    1.4 Teori Sensasi

Sensasi (sensation) mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Studi terhadap sensasi umunya berkaitan dengan struktur dan proses mekanisme sensorik. beserta stimulasi yang mempengaruhi mekanisme-mekanisme tersebut.

Deteksi energi fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh benda-benda fisik, sel-sel tubuh yang melakuakan penderteksi ini, organ inderawi ( mata, telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses penginderaan menyadarkan kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen kesadaran yang lain. Tanpa sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti sesungguhnya dunia nyata.Tapi untuk membuat dunia yang mendera indera kita menjadi sesuatu yang masuk akal.

    -Sensasi Normal

Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu.

    -Sensasi Murni

Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya  yang telah kita lihat sebelumnya.sensasi murni itu terjadi mungkin dalam peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat (Mahmud, 1990:41)

    1.5 Proses Sensasi

Sistem saraf mengubah pesan pesan menjadi kode salah satu kode yaitu kode anatomis. Pertama kali diperkenalkan pada 1826 oleh seorang ahli fisiologi Johannes Muller sebagai doktrin energy syaraf spesifik. Menurut doktrin, berbagai modalitas sensorik yang berbeda muncul karena sinyal yang diterima oleh organ indera merangsang beragam jalan syaraf yang menuju area otak yang beragam pula. Sinyal dari mata menyebabkan impils berjalan sepanjang saraf optik, menuju ke korteks visual.sinyal dari telinga. Sinyal dari telinga menyebabkan impuls berjalan dari saraf auditoris menuju ke korteks auditoris. Gelombang cahaya dan suara menghasilkan sensasi berbeda karena adanya perbedaan anatomi ini.

Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli. Serta Sensasi merupakan  unsur-unsur pengalaman pancaindera yang disebabkan perangsang-perangsang diluar manusia, yaitu cahaya, suara, bau, manis dan sebagainya. Dan hanya sensasi yang mampu kita indralah yang akhirnya diproseskan oleh reseptor dan oleh pemrosesan kognitif tingkat tinggi.Sistem sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan manerima sensasi, sehingga dengan sendirinya pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Konsep kita mengenai proses perseptual bahwa pendeteksian dan penginterpretasian sinyal-sinyal sensori, di tentukan oleh energi stimulus yang dideteksi oleh sistem-sistem sensorik dan oleh otak dan hasil pemrosesan disimpan dimemori dalam bentuk pengetahuan (knowledge), yang akan digunakan kelak dalam suatu kejadian nyata.

2. PERSEPSI
Persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio, percipio yang berarti tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari alat indera. Seperti misalnya penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, pencium yang memakai media molekul bau (aroma), pendengaran yang melibatkan gelombang suara, pengecap yang melibatkan lidah sebagai indera perasa, dan indera peraba yang melibatkan kulit sebagai media yang salah satunya bisa merasakan rasa sakit.
Persepsi menurut para ahli merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu, sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito). Sedangkan menurut Davidoff, persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu, sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. 
Dalam kehidupan di dunia ini, setiap individu pasti memiliki perbedaan antar individu satu dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967). Adanya perbedaan ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi objek tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya, sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Hasil interaksi antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik yang tertuju kepada individu atau seseorang dan faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsangan itu dalam psikisnya sendiri. Faktor-faktor pengaruh itu, dapat bersifat biologis, sosial, dan psikologis.
Persepsi terjadi jika individu mengalami sensasi yang ditimbulkan dari lingkungan eksternal maupun internal individu tersebut. Presepsi muncul ketika objek-objek eksternal di lingkungan sekitar memengaruhi struktur medium informasi yang ujung-ujungnya memengaruhi reseptor-reseptor inderawi individu, sehingga mengarahkan atensi kita kepada pengidentifikasian objek tersebut secara internal.

2.1 Faktor yang Memengaruhi Persepsi
Persepsi timbul karena faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya persepsi tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi yang dimiliki oleh tiap individu adalah sebagai berikut
·         Perhatian
Setiap individu pasti memiliki fokus atensi yang berbeda-beda jika dihadapkan dengan suatu situasi maupun kondisi dalam hidupnya. Hal inilah yang terkadang menjadi latar belakang masing-masing individu mengapa mereka memiliki atensi atau perhatian yang berbeda-beda.


·         Set
Set merupakan harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Perbedaan setantara orang yang satu dengan orang yang lain akan dapat menyebabkan perbedaan persepsi walaupun mereka dihadapkan pada set yang sama.
·         Kebutuhan
Setiap orang memiliki kebutuhan masing-masing yang mana menjadikan masing-masing individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu objek. Setiap orang juga memiliki kebutuhan maupun keinginan masing-masing yang mana menjadikan setiap individu memiliki persepsi yang berbeda.
·         Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku pada masyarakat akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang mempersepsikan suatu objek. Sistem nilai ini berkaitan erat juga dengan sistem nilai yang dipakai oleh sebagian orang yang berada di lingkungan sekitar orang tersebut.
·         Ciri kepribadian
Ciri kepribadian juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan suatu objek. Dua orang dengan ciri kepribadian yang berbeda dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap sebuah objek yang sama.
·         Gangguan kejiwaan
Setiap orang yang terkena gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Halusinasi inipun bersifat individual, sehingga setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu objek. Setiap gangguan kejiwaan yang diderita oleh individu memiliki karakteristik maupun ciri-ciri yang berbeda yang mana menjadikan persepsi yang dimiliki oleh individu berbeda pula.

2.2 Objek dalam Persepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari lingkungan eksternal maupun internal individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Tetapi, sebagian besar stimulus yang menyebabkan terjadinya persepsi datang dari faktor eksternal individu.

2.3 Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelas sebagai berikut :
Sel reseptor pada alat indera
Stimulus
Syaraf Sensorik
Otak
Individu sadar ada stimulus
 





Objek menimbulkan stimulus,dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasakan, ataupun diciumnya.
Proses yang terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut proses psikologis.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh faktor eksternal maupun internal.
2.4 Organisasi Persepsi
Setiap individu memiliki sistem pengorganisasian persepsi yang berbeda-beda. Dalam sistem organisme tiap individu bisa saja berbeda dalam hal apa yang akan dipersepsikan terlebih dahulu, bagian mana yang perlu mendapat atensi lebih banyak dalam proses persepsi tiap individu, baru kemudian keseluruhan proses persepsi atau bisa saja sebaliknya, keseluruhan terlebih dahulu baru tentang bagian-bagian dalam penerimaan stimulus sebagai bentuk proses persepsi tersebut. Ada dua teori yang menjelaskan tentang persepsi yang berlawanan, yaitu :

1.    Teori Elemen
Menurut teori ini dalam individu mempersepsi sesuatu maka yang dipersepsi mula adalah bagian-bagiannya baru kemudian keseluruhan. Pada bagian-bagian itu diberikan atensi atau perhatian yang lebih sebagai bentuk proses persepsi tiap individu tergantung pada sistem organisasi yang dimilikinya.
2.    Teori Gestalt
Layaknya aliran psikologi gestalt yang salah satunya dianut oleh Wolfgang Kohler, sistem organisasi persepsi menurut teori ini adalah ketika seseorang mempersespsi sesuatu maka yang dipersepsi terlebih dahulu adalah keseluruhannya, atau gestaltnya baru kemudian bagian-bagiannya.
Organisasi persepsi ini dilatarbelakangi oleh beberapa prinsip. Prinsip tersebut adalah :
·         Hukum Gestalt
·         Analisis Feature
·         Top Down dan Bottom Up Proccesing
2.5 Kekonstanan Persepsi
Kekonstanan presepsi muncul ketika presepsi mengenai sebuah objek masih tetap sama meskipun pencerapan proksimal kita tentang objek distal berubah (Gillam, 2000). Karakteristik fisik dari objek distal mungkin tidak berubah tetapi karena individu bisa menghadapi dunia eksternal secara efektif, maka sistem presepsi kita tampaknya memiliki sejumlah mekanisme yang dapat menyesuaikan presepsi dengan stimulus proksimal tersebut. Oleh karena itu, presepsi kita masih tetap konstan meskipun pencerapan proksimal berubah.
Kekonstanan presepsi dibagi menjadi dua, yaitu :
1.    Kekonstanan Ukuran
Kekonstanan ukuran adalah presepsi tentang sebuah objek yang masih terlihat memiliki ukuran yang sama meskipun sudah terjadi perubahan-perubahan dalam ukuran stimulus proksimal.
2.    Kekonstanan Bentuk
Kekonstanan bentuk adalah presepsi bahwa sebuah objek memiliki bentuk yang sama meskipun terjadi perubahan-perubahan bentuk di dalam stimulus proksimal.
3. PENYIMPANAN IKONIK
Neisser (1967) menjelaskan bahwa kemampuan kesan-kesan visual untuk menetap selama jangka waktu singkat sehingga dapat diproses lebih lanjut merupakan pengertian dari penyimpanan ikonik. Memori ikonik melibatkan proses penyimpanan, namun terpisah dari proses-proses kognitif tingkat tinggi. Banyak peneliti menemukan bahwa informasi yang diindera direpresentasikan dengan akurat dalam memori ikonik, namun menghilang dengan cepat (sekitar 250 milidetik hingga 4 detik) jika tidak dikirimkan ke tahap-tahap pemrosesan selanjutnya.
George Sperling (1960) memberikan argument bahwa jika ikon atau kesan visual sedang memudar saat partisipan berusaha melaporkan seluruh huruf dalam penyimpanan ikoniknya, maka partisipan mungkin hanya melaporkan sebagian dari keseluruhan huruf tersebut. Sperling mengasumsikan bila ia dapat menyusun sebuah cara untuk menguji memori parsial atau bagian dari memori ikonik, ia dapat menghitung ukuran penyimpanan ikonik yang sesungguhnya. Sperling mengembangkan suatu teknik pelaporan-parsial (partial-report technique) yang didalamnya seorang partisipan ditunjukkan satu daftar huruf, selama 50 milidetik. Huruf-huruf tersebut adalah sebagai berikut :
R   G         C
L    X          N
S    B          J
Persentase huruf yang diingat partisipan dengan tepat menurun seiring jeda pembunyian isyarat auditorik. Setelah jeda 0,5 detik, kinerja menurun menjadi sama dengan eksperimen dimana partisipan harus mengingat sembilan huruf sekaligus (whole-report performance).

4.PENYIMPANAN EKHOIK
Penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik dalam dua hal, yaitu :
1.    Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan agar informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut.
2.    Jangka waktu penyimpanannya sangatlah singkat yaitu sekitar 250 milidetik hingga 4 detik.
Seperti penyimpanan ikonik, yang berfungsi menyediakan waktu tambahan untuk mengamati stimuli yang menghilang dari penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan untuk mendengarkan pesan. Kegunaan penyimpanan ekhoik menjadi jelas saat mempertimbangkan kerumitan proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana. Impuls-impuls auditorik yang diindera sebagai percakapan akan bertambah jumlahnya seiring berlalunya waktu. Informasi yang terkandung dalam satu bagian kecil percakapan, musik, atau bunyi-bunyian lain tidak akan bermakna kecuali ditempatkan dalam konteks yang tepat, bersama suara-suara lain. Penyimpanan ekhoik berfungsi menyimpan informasi auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.
Untuk menguji keberadaan memori ekhoik, Moray, Bates, dan Barnet (1965) menggunakan peralatan stereo dengan speaker ganda untuk menghasilkan stimulasi auditorik (hampir sama dengan metode penelitian Sperling). Hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh Moray dan rekan-rekannya mengindikasikan bahwa kemampuan mengingat pada metode pelaporan parsial (dengan menggabungkan isyarat cahaya dengan suara) jauh lebih baik disbanding metode pelaporan penuh (whole-report, yakni tanpa menggunakan isyarat pembantu).Hasil ini diinterpretasikan sebagai dukungan terhadap gagasan bahwa informasi auditorik juga disimpan selama beberapa saat dalam penyimpanan sensorik.

5.    ATENSI
Atensi merupakan pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental. Penelitian terhadap atensi mencakup lima aspek utama yaitu :
a.    Kapasitas pemrosesan dan seletivitas. Kita dapat memperhatikan sejumlah stimuli eksternal dari dunia eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh stimuli yang ada.
b.    Kendali. Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.
c.    Pemrosesan otomatis. Sejumlah besar proses rutin telah menjadi proses yang amat familiar sehingga hanya memerlukan sedikit atensi sadar dan dapat dilakukan secara otomatis.
d.    Neurosains kognitif. Otak dan system saraf pusat adalah pendukung anatomis bagi atensi.
e.    Kesadaran. Atensi membawa peristiwa-peristiwa kea lam kesadaran.


5.1 MODEL-MODEL ATENSI SELEKTIF
a.    Model Penyaringan : Broadbent
Broadbent (1958) menjelaskan bahwa model penyaringan berhubungan dengan teori saluran tunggal yang menyatakan gagasan bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia.Broadbent memberikan argument bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf tertentu dibedakan berdasarkan serabut saraf yang distimuli atau jumlah impuls saraf yang dihasilkan. Artinya, ketika sejumlah serabut saraf menembakkan impuls secara bersamaan, dapat dipastikan terdapat sejumlah pesan sensorik berbeda-beda yang akan tiba di otak secara bersamaan.
Dalam model Broadbent, informasi diproses melalui sejumlah saluran sensorik yang paralel. (Saluran-saluran tersebut diasumsikan memiliki kode-kode neural yang berbeda-beda dan dapat dipilih berdasarkan kode-kode tersebut.Sebagai contoh, sebuah sinyal berfrekuensi tinggi dan sebuah sinyal berfrekuensi rendah yang dibunyikan secara bersamaan dapat dibedakan oleh otak karena memiliki karakteristik fisik yang berbeda, meskipun kedua sinyal tersebut mencapai otak pada saat yang bersamaan).Pemrosesan informasi yang lebih lanjut hanya terjadi setelah sinyal diproses melalui sebuah penyaring selektif, yang menyaring informasi ke dalam saluran yang memiliki kapasitas terbatas.Jumlah informasi yang memasuki sistem jauh lebih besar daripada jumlah informasi yang dapat diproses oleh saluran yang berkapasitas tersebut.Broadbent mempostulatkan bahwa, untuk menghindari overloading pada system, penyaring selektif diaktifkan di segala saluran sensorik.
Manusia memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas. Untuk dapat memaknai apa yang kita dengar, otak harus memusatkan pada satu jenis impuls (berdasarkan karakteristik fisik impuls tersebut), sebagaimana penyaring elektrik dalam suatu instrumen audio dapat mendeteksi pesan (impuls elektrik) dalam frekuensi tertentu dan mengirimkan pesan-pesan tersebut ke speaker. Ketika situasi mengharuskan, kita dapat memindah atensi kita ke saluran lain. Meski demikian, jika pemilihan saluran bergantung hanya pada karakteristik fisik dari sinyal (stimuli), sebagaimana yang dipostulatkan Broadbent, maka pemindahan atensi tentunya tidak berhubungan dengan isi pesan yang bersangkutan.
                                                                                                 
b.    Model Atenuasi : Treisman
Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan model penyaringan Broadbent adalah perihal pendeteksian informasi bermakna melalui sebuah saluran yang diabaikan (saluran yang tidak mendapatkan atensi).Teorinya mempostulatkan bahwa penyaringan selektif terkadang memungkinkan satu atau dua kata yang memiliki probabilitas kemunculan yang tinggi sesuai konteks diproses dalam saluran yang diabaikan.
Treisman mengajukan gagasan bahwa dalam kamus partisipan (penyimpanan kata dalam memori), beberapa kata atau kalimat memiliki ambang aktivasi yang lebih rendah.Beberapa kata penting dapat dikenali jauh lebih mudah daripada sinyal-sinyal yang kurang penting.
Treisman berpendapat bahwa penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal berdasarkan karakteristik fisik kasar dan selanjutnya penyaring-penyaring yang lebih canggih mengevaluasi sinyal berdasarkan makna.Penyaringan awak dilaksanakan oleh atenuator, yakni penyaring perseptual-sebuah alat yang mengendalikan kuantitas pesan dan menjembatani sinyal dan pemrosesannya secara verbal. Model Treisman mengandung gagasan bahwa”pesan-pesan yang tidak relevan” didengarkan oleh telinga yang “tumpul”, namun tidak “tuli”.

5.2 ATENSI VISUAL
Treisman dan Julesz mengajukan hipotesis bahwa dua proses yang berbeda bekerja dalam atensi visual. Dalam tahap pertama, terdapat proses awal, proses praatentif yang memindai medan penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-ciri utama objek, seperti ukuran, warna, orientasi (arah), dan gerakan, bila ada. Kemudian, menurut Treisman, ciri-ciri yang berbeda tersebut disandikan dalam peta fitur, yang terletak di area-area yang berbeda di korteks.

5.3 PEMROSESAN OTOMATIS
Setiap orang menghadapi stimuli tak terhitung jumlahnya saat secara bersamaan melakukan beberapa tugas sekaligus.Aktivitas-aktivitas yang sering dilakukan menjadi otomatis sehingga memerlukan atensi lebih sedikit dibandingkan melakukan aktivitas yang baru, atau aktivitas yang belum dikuasai.
Agar pemrosesan secara otomatis diteliti secara mendalam oleh Posner dan Synder (1974, 1975), yang menyebutkan tiga karakteristik pemrosesan otomatis :
a.    Pemrosesan otomatis terjadi tanpa ada niat sadar.
b.    Pemrosesan otomatis tersembunyi dari kesadaran.
c.    Pemrosesan otomatis menggunakan hanya sedikit sumber daya sadar atau bahkan tidak menggunakan sumber daya sadar sama sekali.
BAB III
PENUTUP
1.1  KESIMPULAN
Sensasi adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna. Proses penginderaan itu melalui rangsang dari inderawi. Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi dari lingkungan luar. Persepsi  merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu, sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Persepsi terjadi jika individu mengalami sensasi yang ditimbulkan dari lingkungan eksternal maupun internal individu tersebut. Presepsi muncul ketika objek-objek eksternal di lingkungan sekitar memengaruhi struktur medium informasi yang ujung-ujungnya memengaruhi reseptor-reseptor inderawi individu, sehingga mengarahkan atensi kita kepada pengidentifikasian objek tersebut secara internal. Sedangkan atensi merupakan pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental.













DAFTAR PUSTAKA
Solso, Robert L, Otto H. Maclin dan M. Kimberly Maclin.2002.Psikologi Kognitif  8th Ed. Jakarta : Erlangga
Wade, Carole dan Carol Tavris.2004.Psikologi 9th Ed jilid 1. Jakarta:Erlangga
Walgito, Bimo.1980.Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta:penerbit Andi
Karyono, M.si.2009.Pengantar Psikologi Kognitif.Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang
Sternberg Robert J.2008. Psikologi Kognitif 4th Ed.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.














NEUROSAINS KOGNITIF

BAB I

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang


            Otak adalah salah satu organ di dalam tubuh manusia dimana fungsi utamanya adalah berpikir dimana proses tersebut terjadi karena penerimaan data atau informasi yang kemudian diolah ataupun diproses yang kemudian menghasilkan data atau informasi baru. Sehingga otak merupakan organ paling penting di dalam tubuh manusia.
            Terkait dengan keberadaan otak, berkembanglah satu disiplin ilmu yang mengkaji masalah otak yaitu neuroscience. Neuroscience merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik dari sistem saraf. Secara umum, disiplin ilmu  ini terlihat merupakan cabang dari ilmu biologi. Namun dalam perkembangannya, neuroscience membahas lebih dari itu dan lebih spesifik dalam bidang saraf dan otak.
            Perkembangan disiplin ilmu ini menunjukkan hal yang luar biasa. Implikasi positif dari perkembangan tersebut adalah dilakukannya berbagai kerjasama ( kolaborasi ) dengan berbagai disiplin ilmu lainnya. Sudah banyak dilakukan kerjasama penelitian antarbidang ilmu dalam kerangka neuroscience, seperti disiplin ilmu psikologi kognitif dan neuroscience. Perpaduan dari kedua disiplin ilmu inilah yang akhirnya melahirkan disiplin ilmu baru yaitu neuroscience kognitif yang secara khusus mempelajari bagaimana anatomi ( struktur – struktur fungsi tubuh ) dan fisiologi ( fungsi – fungsi dan proses – proses yang terjadi di dalam tubuh ) saraf mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kognisi manusia.



1.2. Rumusan Masalah


1.    Apakah pengertian neuroscience kognitif ?
2.    Peralatan apa sajakah yang digunakan oleh para ilmuwan neurosains ?
3.    Bagaimana sejarah perkembangan neuroscience kognitif ?
4.    Bagaimana anatomi otak berperan penting dalam proses kognitif ?
5.    Apakah keterkaitan antara psikologi kognitif dengan neurosains ?

1.3. Tujuan & Manfaat


1.      Untuk memenuhi tugas harian dalam mata kuliah psikologi kognitif.
2.      Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan neuroscience dalam psikologi.
3.      Mampu memahami keterkaitan antara psikologi kognitif dan neuroscience.




BAB II

KAJIAN TEORI


            Neuroscience kognitif adalah bidang studi yang menghubungkan otak dan aspek-aspek lain sistem saraf, khususnya otak, dengan pemrosesan kognitif dan akhirnya dengan perilaku. Sementara otak adalah organ dalam tubuh manusia yang mengontrol langsung pikiran, emosi dan motivasi kita. Pada umumnya otak dianggap berada di belahan atas hierarki tubuh, dengan beragam organ lain merespon di bawah komandonya. Namun, otak juga mendengarkan dan dipengaruhi oleh organ-organ tubuh lainnya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa otak bersifat direktif dan reaktif.
Kognisi telah ditelaah dalam beberapa bidang, masing-masingnya menggunakan pendekatan yang berbeda. Ketika pertama kali ditelaah, psikologi kognitif hanya berfokus pada tingkat pemrosesan informasi (Lindsay & Norman, 1977; Neisser, 1967). Faktanya, jika kita melihat lebih jauh, peneliti lain menyatakan bahwa dengan memahami hardware secara rinci akan membantu kita memahami fungsinya. Neurosains bertujuan untuk memahami “wetware” di dalam otak, yang juga harus dipahami dalam berbagai tingkatan analisis yang berbeda. Di sisi ekstrim, kita harus memahami sifat genetic dan kejadian molecular yang mengatur sel untuk mengetahui bagamaina neuron bekerja. Di sisi ekstrim lainnya, kita harus memahami fungsi lobus-lobus dan interaksi antara wilayah-wilayah otak yang berbeda untuk mengetahui bagaimana otak beroperasi secara keseluruhan. Teori interaksi skala luas antara area otak tersebut berpadu dengan teori  pemrosesan informasi. (cf. Dowling, 1992)
            Kognitif neurosains terletak di persimpangan neurosains dan psikologi kognitif. Ide penuturunnya adalah “pikiran adalah sesuatu yang dilakukan otak.” Kognisi merupakan pemrosesan informasi, tetapi pemrosesan informasi dijalankan oleh otak dengan karakteristik khusus. Meskipun demikian, seperti yang ditunjukan oleh namanya, dimana neurosains merupakan sebuah kata benda yang dimodifikasi oleh kognitif, kognitif neurosains berfokus untuk memahami otak itu sendiri- apa yang dilakukan oleh bagian otak yang berbeda dan bagaimana mereka berinteraksi.
            Kemajuan di bidang neuroscience dan Human Genome Mapping telah mengungkap banyak informasi tentang struktur dan kinerja otak manusia dan potensi genetiknya. Manusia memiliki keberbakatan yang jamak yang luar biasa yang membedakannya dengan hewan, meliputi aspek intelektual, moral, sosial, bahasa, dexterity, dan emosi. Otak manusia mengandung lebih dari satu milyar sel syaraf otak (neuron) dan hampir satu triliun sel glia. Setiap neuron tersebut dapat membentuk jaringan dengan dua puluh ribu neuron lainnya, sehingga membentuk trilyunan kombinasi yang siap memproses informasi yang tak terhingga. Otak tersusun oleh korteks, medula, dan batang otak yang membentuk satu kesatuan (triune), membentuk manusia seutuhnya yang memiliki kemampuan heart, head, dan hand yang tinggi. Belahan kanan dan kiri dengan jembatan korpus kolosum membentuk reaktor otak (cerebreactor), fisi dan fusi, yang memungkinkan proses berfikir tingkat tinggi. Bahkan kini ditengarahi bahwa konstelasi otak manusia mampu mencapai puncak spiritualitas yang ditengarahi sebagai gelombang keempat peradaban manusia.
Untuk memaksimalkan fungsi-fungsi ini maka perawatan dan pengayaan terhadap otak merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan, ini dimaksudkan untuk memaksimalkan fungsi dan kerja otak. Disamping itu juga untuk menghindari gangguan-gangguan mungkin terdapat pada jaringan saraf otak. Perawatan dan pemeliharaan otak dengan tepat diyakini dapat merangsang pertumbuhan sel-sel baru otak (neurogenesis). Memperbaiki fungsinya, dan memaksimalkan kinerja otak. Dengan demikian muara akhir yang diharapkan adalah normal dan maksimalnya perkembangan jaringan otak dan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
            Dalam batasan-batasan tertentu, neurosains kognitif adalah ilmu yang menyediakan dasar-dasar untuk lebih jauh lagi menyelidiki isu-isu lama terkait pikiran dan tubuh. Ilmu neurosains kognitif sebagaimana dikatakan Richard Thompson dari University of Southern California, “….adalah perkawinan alami antara neurosains dan ilmu kognitif-secara bebas dapat disebut juga ilmu tentang otak dan pikiran.” (2000, hal.411)

BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1. Psikologi kognitif


            Neuroscience adalah perkembangan ilmu biologi manusia yang bersumber dari ilmu kedokteran, yang khusus mempelajari tentang otak. Otak adalah organ yang mengatur seluruh aspek kehidupan makhluk hidup, manusia maupun binatang. Semua gerakan tubuh dikontrol otak. Dari kesadaran manusia mulai dari makan, tidur, belajar, berpikir, berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu dimulai dari otak.
            Sedangkan kognisi adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran dan perasaan atau usaha menggali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, hasil pemerolehan pengetahuan. Maka, psikologi kognitif sebagai studi tentang kognisi, mempelajari tentang proses-proses mental yang mendasari prilaku manusia meliputi berbagai subdisiplin termasuk memori, belajar, persepsi dan penyelesain masalah.
            Jadi, neuroscience kognitif adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang bagaimana anatomi dan fisiologi saraf dan kognisi manusia saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga neuroscience kognitif lebih mengutamakan pembahasan ilmunya dengan otak dikarenakan otak adalah pusat pengendalian saraf serta sumber proses – proses mental dan proses kognisi manusia tersebut.



3.2. Sejarah Neurosians Kognitif


            Descartes meyakini adanya “benang” yang menghubungkan tangan dengan otak. Dari contoh  ketika tangan diletakkan di atas api, sengatan panas tersebut menggerakkan “benang” sehingga mengaktifkan otak. Otak lalu mengeluarkan cairan yang membuat lengan menarik telapak tangan dari api tersebut. Descartes menyebut mekanisme ini dengan Reflex Arc atau Lengkungan Refleks. Tentu saja mekanisme ini terdengar konyol.
Para filsuf setelah Descartes masih disibukkan oleh pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan antara pikiran dan tubuh.  Kita sekarang mengetahui bahwa segala sesuatu mengenai pikiran (psikologis) kita dapat mempengaruhi neurologis (tubuh) kita secara bersamaan. Banyak filsuf dan ilmuwan yang menganggap pikiran dan tubuh sebagai dua dunia yang berbeda dan terpisah. Jadi, dapat diasumsikan bahwa suatu dunia dipusatkan pada alam fisik (tubuh) dan dunia yang lain dipusatkan dalam alam mental (pikiran).
Isu pikiran-tubuh belum terselesaikan hingga saat ini. Beberapa filsuf berpendapat bahwa satu-satunya dunia yang nyata adalah dunia pikiran, sedangkan dunia fisik hanyalah ilusi. Filsuf lain berpendapat  bahwa satu-satunya dunia yang nyata adlah dunia fisik, sedangkan dunia pikiran hanyakah sebentuk proses dari aktivitas yang terjadi di otak.
Para ilmuwan yang mendukung dualisme tubuh-pikiran mempercayai bahwa tubuh dan pikiran dapat eksis bersama-sama. Pandangan ini memunculkan masalah mendasar yaitu menentukan bagaimana pikiran terhubung dengan tubuh dan sebaliknya. Jika kita sedang membicarakan pikiran maka kita sedang membicarakan hal hal yang mampu dilakukan oleh otak, seperti berpikir, mempertahankan memori, mempersepsi, pengalaman kompleks seperti cinta, sedih dan humor. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pikiran tersusun dari berbagai proses yang sedang dilakukan oleh otak.
            Disiplin ilmu psikologi kognitif mendapatkan namanya pada akhir tahun 1970-an dari belakang kursi taksi di New York. Michael Gazzaniga, seorang tokoh dalam penelitian kedua hemisfer otak sedang berada di dalam taksi bersama George Miller, seorang psikologi kognitif terkemuka. Mereka sedang dalam perjalanan menghadiri acara makan malam bagi para ilmuwan dari Universitas Rockefeller dan Universitas Cornell. Para ilmuwan tersebut sedang mempelajari bagaimana otak menghasilkan apa yang kita sebut dengan “pikiran”. Dalam pembicaraan itu lahirlah istilah “neurosains kognitif”.

3.3. Peralatan Ilmuwan Neurosians

           
1.    Elektroencephalogram (EEG) adalah rekaman-rekaman tentang frekuensi dan intensitas listrik otak yang hidup, biasanya direkam di sebuah periode yang relatif lama. melalui EEG dimungkinkan untuk mempelajari aktivitas gelombang otak yang menindikasikan perubahan konsisi-kondisi mental seperti tidur lelap atau bermimpi. Cara kerja EEG :
·      Elektroda dipasangkan di beberapa titik kulit kepala
·      Aktivitas listrik di otak kemudian direkam
·      Contohnya rekaman-rekaman EEG yang diambil selama tidur menyingkapkan pola-pola perubahan aktivitas listrik yang melibatkan seluruh bagian otak. Pola-pola yang muncul ketika sesorang bermimpi sangat berbeda ketika dia tertidur lelap.

Gambar EEG_


2.    MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk memnghasilkan citra-citra tak bergerak struktur-struktur otak. Para peneliti dapat menyimpulkan kepadatan atom-atom hydrogen yang berbeda-beda tingkatannya serta interaksi atom-atom hydrogen tersebut dengan jaringan disekelilingnya.
Kelemahannya adalah perlu waktu lama untuk membentuk suatu citra.Sekarang telah tersedia fMRI yang mampu memperoleh citra hanya dalam waktu 30 milidetik. fMRI mendeteksi peningkatan aliran darah ke area-area yang aktif, sehingga menampilkan fungsidan struktur.

Gambar MRI_

Gambar Alat fMRI_
                                                   Alat Fmri






3.    Pemindai CT (Computed Axial Tomography)
Menghasilkan citra struktur otak tiga dimensi pada media gambar X-ray yang datar. DSR (dynamic spatial reconstructor) adalah CT yang lebih canggih yang mampu menampilkan struktur internal dalam tiga dimensi.

4.    Pemindai PET (positron Emission Tomography)
Digunakan untuk memindai penggunaan glukosa di dalam otak. PET berguna dalam neurosains kognitif terutama dalam pengukuran fungsi-fungsi otak.



5.    MEG (Magnetoencephalography)
Menggunakan sebuah mesin yang mengukur aktifitas otak dari luar kepala dengan mendeteksi medan magnetic yang samar-samar dihasilkan oleh aktivitas otak. MEG menghasilkan peta kerja dari otak dan menyediakan resolusi aktivitas sel saraf yang paling akurat.

6.    TMS (Transcranial Magnetic Stimulation)
Digunakan bersamaan dengan EEG atau MEG untuk mengevaluasi efek-efek perubahan aktivitas elektrik dalam otak dalam proses persepsi dan berpikir.




7.    Micro CT
Teknik pencitraan CT yang terbaru dinamakan x-ray microtomography. Teknologi ini menggunakan CT untuk memindai melalui mikroskop yang mampu menghasilkan citra-citra 3D dari struktur yang amat kecil. Penggunaan maksimal teknologi ini masih menunggu eksplorasi lebih lanjut

3.4. Anatomi Otak


            Neurosains Kognitif adalah bidang kajian mengenai system saraf yang ada di otak manusia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pokok kajian dari neurosains kognitif adalah otak. Proses kognitif yang terjadi di otak sangat berpengaruh terhadap perilaku. Otak dan sumsum tulang belakang adalah system saraf pusat. Namun pokok kajian kita saat ini adalah otak.
            Otak berfungsi untuk menerima, memproses informasi seperti bau, warna, dan suara. Otak terdiri lebih dari 100 miliar neuron. Neuron ini berfungsi untuk menerima dan mengirimkan impuls ke neuron lainnya. Bagian-bagian neuron adalah sebagai berikut :
Struktur-Sel-saraf-400x194.gif
1.            Dendrit berfungsi untuk menerima impuls dari resepter dan mengirimkannya ke badan sel.
2.            Tubuh sel berfungsi untuk menerima impuls dari dendrit dan meneruskannya ke akson
3.            Akson berfungsi untuk menerima impuls dari badan sel dan mengirimkan ke efektor (otot dan kelenjar)
4.            Terminal prasinaptik merupakan tempat berakhirnya akson. Terminal prasinaptik terletak dekat permukaan dendrit pada neuron lain yang membentuk sinapsis.
5.            Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain. Sinapsis berfungsi untuk mengirimkan impuls dari akson ke dendrit saraf lain. Karena sinapsis inilah informasi kimiawi dipertukarkan dari neuron satu ke neuron lain dalam wujud senyawa kimia yang disebut neurotransmitter. Muatan listrik mengalir sepanjang akson. Ketika muatan listrik ini mencapai dendrit, neurotransmitter dilepaskan.
6.            Sel schwann, sel yang mengelilingi selubung myelin. Berfungsi untuk mempercepat jalannya impuls, membantu menyediakan makanan untuk neurit dan regenerasi neurit.
7.            Selubung myelin, pelindung yang mengelilingi akson.
8.            Nodus ranvier, bagian akson yang tidak terbungkus myelin. Berfungsi untuk mempercepat hantaran rangsang.

Jenis neuron berdasarkan jumlah ulurannya, sbb:
Bentuk-bentuk neuron.jpg
1.    Neuron Bipolar (interneuron) : Memiliki dua tonjolan disetiap ujung sel. Terdiri dari dendrit yang membawa impuls ke badan sel dan akson yang membawa impuls ke efektor.
2.    Neuron Unipolar (sensorik) : Memiliki satu tonjolan dan dua cabang.
3.    Neuron multipolar (motoric) : Banyak cabang yang muncul dari badan sel.



Jenis neuron berdasarkan fungsinya, sbb:
1.    Neuron konektor (interneuron) : Penghubung antara neuron yang satu dengan yang lain.
2.    Neuron Sensorik (neuron aferen) : Menghantarkan impuls dari reseptor ke pusat saraf.
3.    Neuron Motorik (neuron eferen) : Menghantarkan impuls motoric dari saraf ke efektor.

Bagian utama otak ada tiga, yaitu :
Blausen_0115_BrainStructures.png
1.            Otak besar (cerebrum) manusia terbagi menjadi dua struktur sejenis, yaitu hemisfer kanan dan kiri. Fungsi hemisfer kanan adalah untuk perkembangan emosi, komunikasi, seni, dan kreativitas. Sedangkan hemisfer kanan untuk perkembangan intelegensi, bahasa verbal,  dan pusat logika seperti matematika. Area-area motoric disetiap hemisfer mengendalikan pergerakan sisi tubuh yang berlawanan. Kedua hemisfer ini dihubungkan oleh corpus callosum, yaitu ikatan tebal berisi saraf yang menghubungkan hemisfer kiri dan kanan yang memampukan kedua hemisfer saling bertukaran informasi. Kedua hemisfer ini dilapisi oleh korteks serebral (lapisan abu-abu dipermukaan luar otak yang berbelit-belit untuk meningkatkan luas korteks serebral). Antara hemisfer kanan dan kiri dihubungkan  oleh korpus kolosum untuk saling bertukar informasi. Korteks serebral dipenuhi sel neuron dan akson pendek yang tidak berselubung myelin. Korteks serebral memiliki ketebalan 1,5-5 milimeter. Bentuk yang kisut tersebut berfungsi untuk memperbesar luas permukaan otak tanpa harus meningkatkan ukuran tempurung kepala. Bukit-bukit yang terlihat diantara lipatan-lipatan disebut gyri. Sedangkan galur-galur diotak disebut sulci. Sedangkan sulci yang dalam dan mencolok disebut fissure.
Dari kedua hemisfer, dapat dibagi menjadi menjadi empat lobus :
Fungsi-Lobus-frontal-dan-Lobus-Oksipital-400x197.jpg
a.    Lobus frontal, untuk pemecahan masalah, perilaku, keterampilan motoric
b.    Lobus temporal, untuk pendengaran, pengenalan wajah, bicara
c.    Lobus parietal, untuk perhitungan, pengolahan informasi, orientasi spasial, sensasi sentuhan
d.    Lobus oksipital, untuk pemrosesan visual, pengenalan warna
2. Otak kecil (cerebellum) terletak dibagian belakang otak besar yang berfungsi untuk  pengatur keseimbangan tubuh.
3. Batang otak berfungsi untuk mengatur reflex fisiologis. Contoh kecepatan pernapasan, suhu tubuh, detak jantung, dll.

3.5. Keterkaitan Psikologi Kognitif dan Neurosians Kognitif


Psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemerosesan informasi. Tugas dari ilmu neural (neural science) adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di otak. Bagaimana bisanya otak yang tersusun dari jutaan sel-sel saraf individual bisa menghasilkan perilaku.

Psikologi kognitif penekanannya adalah pada pikiran,bukan perilaku. Lebih memfokuskan pada proses-proses memahami ketimbang sekedar merespon stimuli, dan bagaimana pikiran menyusun atau mengorganisir pengalaman. Untuk memahami proses-proses berfikir dan cara kerja untuk menghasilkan suatu pikiran, psikologi kognitif perlu memperdalam maupun mempelajari bagaimana aktivitas otak timbul terutama berasal dari aktivitas neuron (syaraf). Otak manusia terdiri dari kumpulan massa neuron yang berfungsi untuk menerima dan kemudian mengirimkan impuls neural ke ribuan neuron lainnya.Maka dari itu psikologi kognitif sangat berkaitan erat dengan neurosains kognitif.
Neurosains Kognitif dan Psikologi Kognitif ada beberapa alasan dibalik hubungan antara psikologi kognitif dan neurosains kognitif. Alasan ini untuk menemukan bukti-bukti fisik yang mampu menunjang karakteristik-karakteristik teoritis pikiran:
Ø  Kebutuhan para ilmuwan neurosains untuk menemukan model otak dan perilaku yang lebih kompherensif.
Ø  Kebutuhan untuk menemukan hubungan antar pathologi otak dan perilaku.
Ø  Penggunaan model-model neural yang semakin meningkat dalam ilmu kognitif.
Ø  Penggunaan komputer yang semakin meningkat dalam membuat model fungsi-fungsi neurologis dan penemuan teknik-teknik yang meningkat kemampuan menggambarkan struktur otak secara lebih detail.

BAB IV

PENUTUP

      4.1 Kesimpulan


       Neurosains merupakan bidang kajian mengenai kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan keterkaitannya terhadap pembelajaran. Kerja otak melibatkan aktivitas neuron, dimana impuls listrik mengalir dari neuron menuju dendrit melalui akson dan berhenti pada ujung akson yang membentuk sinapsis kemudian dilanjutkan oleh neutransmiter untuk diterima oleh penerima khusus pada neuron berikutnya. Mekanisme mengingat informasi diantaranya ialah melakukan penyandian dengan tepat, pengulangan, dan pemrosesan makna untuk memperpanjang ingatan. Pembelajaran Neurosains memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya salah satunya ialah  memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja. Salah satu kelemahannya adalah memerlukan waktu yang panjang untuk memahaminya dan pembelajaran ini masih tergolong baru.
      



DAFTAR PUSTAKA


1.    Smith, E.E., Kosslyn, S.M. 2014. Psikologi Kognitif. Diterjemahkan oleh: Helly Soejipto&Sri Mulyanti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2.    Solso, R.L dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Alih bahasa : Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
3.    Suyanto, Slamet. 2012. Hasil Kajian Neuroscience dan Implikasinya dalam pendidikan. Vol. 1. http://eprints.uny.ac.id/678/
4.    Mandar, Diana. S. 2011. Peranan Cognitive Neuroscience dalam Dunia Pendidikan. Vol. 2. http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/view/75#.VubysX3hDtQ